Rob Cornwall, pemain Bohemian FC membentangkan syal dukungan untuk Palestina. (instagram.com/bfcdublin)
Tak hanya di Jerman, klub dan suporter sayap kiri bisa ditemukan di banyak negara Eropa. Jumlah dan konsistensinya memang tak sebesar Jerman. Di Italia, jumlah mereka kalah telak dari penggemar beraliran ultranasionalis (sayap kanan). AS Roma pernah punya kelompok fans sayap kiri pada 1970—1980-an. Bahkan ada satu grup penggemar mereka yang bernama Fedayn. Nama itu terinspirasi dari istilah Arab "fedayeen", yakni julukan untuk kelompok militan pejuang kemerdekaan di beberapa negara Timur Tengah, termasuk di Palestina. Namun, Fedayn sudah dilebur dengan dua kelompok fans lain dan kini jumlah fans sayap kiri Roma sudah berkurang drastis.
Hanya ada satu klub Italia yang dikenal satu suara soal ideologi kiri, yakni US Livorno (dahulu AS Livorno). Saat bertanding, tribun suporter mereka akan dipenuhi spanduk-spanduk aktivisme. Itu termasuk dukungan terhadap Palestina, hingga solidaritas dengan dua klub "saudara" mereka yang satu nilai, yakni Olympique de Marseille dan AEK Athens. Kaitan Marseille dengan ideologi sayap kiri dipengaruhi oleh komposisi penduduk kota mereka yang multikultur dan didominasi kelas pekerja. Ini yang kemudian mendasari rivalitas mereka dengan Paris Saint-Germain yang dapat akses langsung kepada pemilik modal.
Sementara, AEK Athens punya sejarah menarik karena didirikan oleh komunitas imigran beretnik Yunani yang dulu hidup di wilayah Ottoman dan harus pindah karena Perang Yunani/Turki pada 1919—1922. Latar belakang itu membuat mereka memegang teguh nilai antifasis dan antirasisme (pro pengungsi). Kisah AEK Athens mirip dengan Celtic FC yang juga didirikan komunitas pengungsi Irlandia di Skotlandia akibat okupasi Inggris atas Ulster dan bencana kelaparan di Irlandia. Berbasis sejarah pahit itu, mereka pun menjelma jadi klub yang memihak kelompok marginal dan minoritas. Fans mereka bahkan aktif dalam berbagai gerakan aktivisme, termasuk salah satunya membela perjuangan kemerdekaan Palestina.
Di Irlandia, kamu bisa menemukan klub progresif serupa bernama Bohemian FC. Beda dengan Celtic yang lebih berhati-hati saat bicara politik lewat platformnya, Bohemian lebih mirip FC St Pauli yang manajemennya tak ragu bertindak layaknya pejuang keadilan sosial alias social justice warrior (SJW). Di Spanyol, ada Rayo Vallecano yang saking kirinya terpaksa membatalkan proses peminjaman pemain Ukraina, Roman Zozulya. Ini karena fans mereka percaya sang pemain punya kaitan erat dengan kelompok Neo-Nazi yang berkembang di Ukraina sejak 2014. sebagai respons atas munculnya gerakan separatis yang disokong Rusia.