Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Runtuhnya Hegemoni FC Basel di Liga Super Swiss, Apa yang Salah?

pemain FC Basel merayakan satu dari total enam kemenangan yang berhasil mereka raih sepanjang musim 2023/2024 (instagram.com/fcbasel1893)
pemain FC Basel merayakan satu dari total enam kemenangan yang berhasil mereka raih sepanjang musim 2023/2024 (instagram.com/fcbasel1893)

FC Basel pernah jadi kekuatan dominan di Liga Super Swiss (liga sepak bola kasta pertama Swiss), setidaknya pada era 2000--2010-an. Mereka bahkan merebut gelar juara Swiss berturut-turut pada musim 2009/2010 hingga 2016/2017 yang otomatis membuat mereka jadi langganan peserta UEFA Champions League (UCL). Namun, benar, tak ada yang abadi di dunia ini. FC Basel akhirnya harus merasakan musim terburuk mereka pada 2023/2024.

Pada Agustus 2023, mereka tersingkir dari kualifikasi UEFA Europa Conference League (UECL) setelah kalah agregat gol dari klub Kazakhstan, FC Tobol Kostanay. Dua bulan kemudian, tim raksasa Swiss itu mencetak rekor baru dengan tak ceploskan satu gol pun selama bulan Oktober di liga domestik. Per Februari 2024, FC Basel berada di zona relegasi dengan menduduki peringkat ketiga dari bawah klasemen sementara Liga Super Swiss. 

Apa yang salah dengan FC Basel? Berikut beberapa hal yang mungkin bisa menjawab runtuhnya hegemoni mereka di Swiss.

1. Terlena dengan prestasi konsisten mereka di liga domestik

Taulant Xhaka, jebolan akademi FC Basel yang masih bertahan di klub. (instagram.com/fcbasel1893)
Taulant Xhaka, jebolan akademi FC Basel yang masih bertahan di klub. (instagram.com/fcbasel1893)

Terlena akan prestasi level domestik memang sulit buat diantisipasi FC Basel. Bermarkas di jantung Eropa dan berlaga di liga yang tidak begitu kompetitif (hanya ada 12 tim di Liga Super Swiss), ada kecenderungan untuk tim itu merasa puas diri. Selama belasan tahun pada 2000--2010-an, FC Basel tak punya rival yang benar-benar sepadan. Barulah pada akhir 2010-an, muncul BSC Young Boys yang mendepak mereka dari takhta tertinggi sepak bola Swiss.

Sejak merebut juara pada 2017/2018, BSC Young Boys berturut-turut merebut gelar juara Liga Super Swiss hingga 2022/2023. Young Boys hanya terinterupsi satu musim yang dimenangkan FC Zurich, yakni 2021/2022. Musim ini, klub asal Bern itu berpotensi jadi juara lagi bila melihat perolehan poin mereka yang cukup jauh dibanding tim runner-up, Servette.

2. Kesalahan strategi dari pihak manajemen

Thierno Barry, striker andalan FC Basel musim 2023/2024 (instagram.com/fcbasel1983)
Thierno Barry, striker andalan FC Basel musim 2023/2024 (instagram.com/fcbasel1983)

Ada banyak hal yang bikin FC Basel tampak tertinggal jauh dari BSC Young Boys beberapa tahun belakangan ini. Salah satunya adalah kesalahan manajemen bisnis mereka. Melansir liputan James Corbett untuk Off The Pitch, pada awal 2000 sampai 2010-an di bawah kepemimpinan presiden klub Bernhard Heusler, FC Basel sempat jadi tim yang menarik perhatian karena memproduksi pemain-pemain jebolan akademi yang mumpuni. Sebut saja Xherdan Shaqiri, Yann Sommer, Granit Xhaka, dan Ivan Rakitic.

Mereka juga mengorbitkan pemain-pemain asal liga kecil ke panggung yang lebih besar di Eropa. Beberapa di antaranya Mohamed Salah dan Mohamed Elneny yang mereka datangkan langsung dari klub Mesir, El Mokawloon. Tak lupa, Mohamed Elyounoussi dari klub Molde FK (Norwegia) dan Park Joo Ho dari Júbilo Iwata (Korea Selatan). Namun, masa keemasan itu hanya bertahan beberapa tahun. Pada 2017, Bernhard Burgener datang menggantikan Heusler dan melakukan banyak perombakan.

Selama masa kepemimpinannya, FC Basel mulai mengurangi transfer pemain asing dan fokus melakukan pengembangan akademi serta transaksi di dalam negeri. Ini mungkin dilakukannya setelah berkaca dari  beberapa pemain asing yang gagal beradaptasi dengan cepat di klub. Namun, kurangnya variasi dan pemain berpengalaman ternyata membuat prestasi mereka turun. Posisi mereka mulai digantikan BSC Young Boys yang bila merujuk pada tulisan Zahid Mustafi dan Emmanuel Bayle di jurnal Soccer & Society, berjudul "Local Potential and Strategic Models in a Small Market Outside the Big Five: The Case of Switzerland’s Super League" punya kemiripan strategi penguatan potensi lokal dengan FC Basel.

Pandemik membuat keuangan FC Basel mengalami kontraksi yang signifikan. Menurut laporan Deloitte, penurunan penghasilan FC Basel selama pandemik mencapai 46 persen. Meski masih dianggap stabil dibanding klub-klub sepak bola Swiss lain (kecuali BSC Young Boys yang penurunannya paling rendah, yakni sebanyak 38 persen), ini mendorong manajemen klub mengubah Basel jadi klub transit untuk pemain-pemain yang hendak pindah ke liga-liga top Eropa. Meski bagus untuk memperbaiki kesehatan finansial klub, tak ada konsistensi yang terbangun di lapangan.

3. Ketergantungan terhadap penghasilan dari kompetisi buatan UEFA

FC Basel pada laga persahabatan antarklub dengan Bayern Munich pada Januari 2024. (instagram.com/fcbasel1893)
FC Basel pada laga persahabatan antarklub dengan Bayern Munich pada Januari 2024. (instagram.com/fcbasel1893)

Selain ketiadaan kestabilan dalam tim, FC Basel belum sepenuhnya pulih dari segi finansial. Masih menurut laporan Deloitte, 35 persen pendapatan klub-klub sepak bola Swiss bertumpu pada jumlah penonton yang datang di stadion. Ini amat jauh bila dibanding dengan klub-klub internasional top dunia yang porsi penghasilan dari penonton di stadion hanya 16 persen sebelum pandemi. Sebaliknya, mereka justru paling banyak dapat penghasilan dari hak siar media, yakni sebesar 44 persen dari penghasilan.

Hal ini jadi alarm untuk FC Basel mengingat penonton mereka cenderung berkurang sejak musim 2016/2017. Beberapa berargumen ini terjadi karena penonton mulai jenuh dengan dominasi Basel di Liga Super Swiss. Sebagai pembanding, jumlah akumulasi penonton BSC Young Boys relatif naik sejak 2017/2018, musim saat mereka berhasil mendobrak dominasi Basel untuk pertama kalinya sejak belasan tahun.

Dengan menurunnya performa FC Basel di liga domestik, mereka pun otomatis tak bisa lagi mengandalkan penghasilan dari kompetisi yang diselenggarakan UEFA. Penghasilan dari penampilan mereka di UCL dan turnamen di bawahnya cukup besar. Bahkan disebut beberapa pengamat sebagai salah satu faktor yang membuat FC Basel bisa mendominasi kekuatan sepak bola Swiss. Dengan penghasilan itu, mereka bisa melakukan transfer pemain, memperbaiki infrastruktur, dan merekrut staf-staf berpengalaman. Hal yang kini mungkin dinikmati BSC Young Boys sebagai perwakilan reguler Swiss di UEFA Champions League dan UEFA Europa League lima tahun terakhir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us