Dengan gaya bermain seperti yang dijelaskan di atas, Bournemouth tidak mengandalkan satu pemain dalam mencetak gol. Pemain dengan jumlah gol tertinggi adalah Justin Kluivert yang memproduksi enam gol. Ini disusul oleh Antoine Semenyo (5) dan Evanilson (4).
Andoni Iraola menjelaskan bahwa taktiknya yang utama adalah merebut bola terlebih dahulu dari lawan. Setelah itu, tujuan utama adalah mencari pemain bernomor sembilan alias ujung tombak serangan. Ini berguna untuk membuka ruang pemain lawan dan juga musuh.
"Hal pertama yang kami coba lakukan saat kami merebut kembali bola adalah bermain kepada pemain nomor 9, karena itu biasanya merupakan momen ketika lawan tidak berada dalam posisi yang tepat dan Anda bisa menemukan ruang lebih baik," ujarnya, dikutip dari Sky Sports.
Taktik ini cukup berbeda jika dibandingkan pada 2023/2024 lalu, Meski terlihat serupa, salah satu yang terlihat berubah adalah soal urusan mencetak gol. Pada musim lalu, ada Dominic Solanke yang berperan sebagai ujung tombak serangan. Ini terbukti dengan torehan 19 gol. Namun, kepergiannya ke Tottenham pada musim panas 2024 lalu membuat Iraola beradaptasi.
Tiga faktor di atas menjadi alasan kompetitifnya Bournemouth di Premier League 2024/2025. Meski musim masih berjalan separuhnya, ini menjadi sinyal positif bagi Andoni Iraola untuk membawa tim menembus empat besar. Konsistensi diperlukan agar tidak terpeleset pada paruh kedua musim nanti. Mampukah Bournemouth menjaga performa ini?