Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anggota dewan Manchester United Brian, Joel dan Avram Glazer (ibtimes.co.uk)

Jakarta, IDN Times - Keluarga Glazer kembali jadi sorotan. Mereka lagi-lagi didesak oleh fans Manchester United untuk mundur dan menjual kepemilikan klub ke pihak lain, lantaran dianggap tak becus. Memang, hubungan antara Keluarga Glazer dan fans MU tak bagus, karena beberapa kali terlibat dalam konflik macam ini.

Semua dimulai ketika sang ayah, Malcolm Glazer, membeli MU pada 2005 lalu. Dalam proses pembelian MU, keluarga Glazer mengambil tindakan kontroversial. Mereka membeli MU senilai 790 juta poundsterling (sekitar Rp15,2 triliun) dengan berutang terlebih dulu.

Harapannya, tentu agar valuasi MU meningkat di beberapa tahun mendatang. Benar saja, dalam 17 tahun, valuasi klub naik hingga empat miliar poundsterling (sekitar Rp81,3 triliun). Alhasil, dengan skema macam ini, wajar kalau fans MU curiga Keluarga Glazer cuma mementingkan keuntungan semata ketimbang prestasi klub.

1.Utang MU membengkak di bawah arahan Keluarga Glazer

The Glazer bersama Sir Alex Ferguso (dailymail.co.uk)

Malcolm sudah wafat pada 2014 silam, dan kepemilikan MU kini ada di tangan anak-anaknya, Avram, Joel, Kevin, Bryan, Darcie, dan Edward. Keenamnya memiliki jumlah saham yang sama, sesuai wasiat sang ayah, lewat perusahaan Red Football Ltd.

Namun, Joel dan Avram yang punya tanggung jawab penuh atas pengelolaan klub. Keduanya menjadi Chief di MU, dan punya kuasa atas berbagai lini bisnis MU.

Selama 17 tahun dikuasai oleh Keluarga Glazer, fundamental MU sedikit goyah. Utang mereka membengkak, mencapai 495 juta poundsterling atau senilai Rp9,2 triliun.

Namun, Keluarga Glazer masih mau cari pinjaman untuk renovasi Old Trafford. Rencananya, mereka mencari pinjaman baru demi membantu proyek renovasi Old Trafford yang nilainya mencapai 200 juta poundsterling atau setara Rp3,7 triliun.

2. Keluarga Glazer: Juragan Real Estate Amerika Serikat

Keluarga Glazer bersama Jon Gruden saat menghadiri acara Super Bowl 2002 (dailymail.co.uk)

Keluarga Glazer dikenal sebagai juragan real estate. Bisnis ini sudah dirintis oleh Malcolm sejak masih remaja, usai ayahnya meninggal.

Besar di Rochester, New York, Malcolm mencoba peruntungannya dengan menjadi penjual jam tangan dan menawarkannya dari rumah ke rumah. Bisnis ini berkembang perlahan dan akhirnya Malcolm bisa membeli bengkel perbaikan jam tangan di Pangkalan Angkatan Udara Sampson dekat New York, mengubahnya menjadi bisnis yang sukses.

Setelahnya, Malcolm mulai melakukan diversifikasi usaha ke real estate. Awalnya, dia hanya memiliki rumah kecil mengembangkannya menjadi kompleks di Rochester. Namun Glazer memperluas portofolionya dengan memasukkan bank, fasilitas kesehatan, stasiun televisi, dan masih banyak lagi.

Dia terkenal dijuluki 'Slumlord' setelah perusahaan induknya, First Allied Corporation, dituduh oleh penduduk karena menambahkan biaya tambahan ilegal ke pembayaran sewa taman trailer.

Langkah pertama Glazer dalam bidang olahraga adalah saat membeli klub NFL, Tampa Bay Buccaneers, mantan pemiliknya, Hugh Culverhouse, meninggal pada 1995 silam. DIa membelinya dengan harga 192 juta dolar atau setara dengan Rp2,7 miliar, menjadi rekor tersendiri kala itu. Lalu tim ini dikelola putra Glazer yaitu Joel, Bryan, dan Edward.

3. Awal Mula The Glazers Mengambil Alih Manchester United

Malcolm Glazer (usatoday.com)

Kiprah Keluarga Glazer di MU dimulai pada Maret 2003 silam. Perlahan, Malcolm mengumpulkan saham MU dalam jumlah yang kecil. Kala itu, dia menghabiskan dana sekitar sembilan juta euro untuk 2,9 persen saham pertamanya di MU. Jumlah saham Malcolm meningkat mendekati 30 persen di 2004.

Momentum muncul pada masa itu, ketika salah satu pemilik saham MU, John Magnier dan JP McManus, berselisih dengan manajer legendaris MU, Sir Alex Ferguson. Keduanya punya 28,7 persen saham di klub, dan juga berinvestasi di kuda pacuan Irlandia 'Rock of Gibraltar' dengan Ferguson.

Hingga akhirnya, mereka cabut dan sahamnya dibeli Malcolm. Saat itu, saham Malcolm mendadak melesathingga 57 persen, membuatnya menjadi salah satu pemilik mayoritas.

Dewan direksi meminta kepada Malcolm mengakuisisi mayoritas saham dalam jumlah lebih besar. Hanya dalam hitungan hari, Malcolm, memiliki 75 persen saham MU. Lalu, lewat Red Football Ltd, ada 98 persen saham MU yang dimiliki oleh Keluarga Glazer.

Dalam prosesnya, Ed Woodward benar-benar membantu Malcolm. Maka, tak heran kalau dia ditunjuk jadi Vice Chairman dan berujung pada seringnya konflik dengan fans.

4. MU kini dililit utang

Stretty News

Kepemilikan Keluarga Glazer terhadap MU sempat bawa berkah. Sebab, pada 2005 silam, MU bebas utang.

Semua berubah ketika Woodward menyarankan Keluarga Glazer membeli 98 persen saham. Kala itu, Keluarga Glazer harus berutang demi bisa mewujudkannya, ambisi agar mendapat keuntungan di masa mendatang.

Beban utang MU, yang tadinya nihil, mendadak melambung menjadi 500 juta euro. Fenomena ini mengawali kebencian fans MU terhadap Keluarga Glazer. Sebab, mereka curiga kalau Keluarga Glazer cuma mau memeras MU dengan berharap valuasi klub meningkat drastis.

Tak salah, karena dalam 17 tahun, nilai MU meningkat hingga empat miliar poundsterling (sekitar Rp81,3 triliun). MU juga dinobatkan sebagai klub sepak bola paling berharga ketiga di dunia oleh  Forbes pada 2020 lalu.  

Mereka juga menempati posisi keempat di Deloitte Football Money League pada 2021, hanya kalah dari Barcelona, ​​Real Madrid, dan Bayern Munich.

Di sisi lain, sebenarnya klub juga merugi ketika keputusan itu diambil. Sebab, ada klausul pembayaran bunga lebih dari 60 juta euro atau hampir Rp1 miliar per tahunnya. Hingga akhirnya, pada akhir 2020 lalu, utang klub telah meningkat 133 persen menjadi 474 juta euro atau sekitar 7,3 miliar dengan minimnya pendapatan, imbas pandemik COVID-19.

Editorial Team