Al-Sadd menjadi tim yang dominan dalam penguasaan bola selama dipimpin Xavi. Hal itu sesuai dengan filosofi yang ditanamkan Xavi, sekaligus yang dipercaya ketika masih jadi pemain, dengan menguasai bola, sebuah tim punya kesempatan untuk mendikte lawan.
Agar keinginannya ini terwujud, Xavi menerapkan skema dasar 3-4-3 dalam skuadnya. Skema dasar ini nantinya dikembangkan dengan pemikiran keunggulan jumlah harus didapat pemainnya setiap kali menguasai bola. Dengan keunggulan jumlah, ruang bisa diciptakan.
Ketika menyerang, Al-Sadd menekan lawan dalam zona yang tinggi, memanfaatkan dua winger di ujung lapangan. Sementara, pemain nomor sembilan ada di depan kotak penalti didampingi dua inside forward, plus dua gelandang bertahan, dan tiga pemain belakang dekat garis tengah. Keunggulan jumlah pemain dan dominasi bisa diterapkan lewat situasi ini.
Dengan adanya keunggulan jumlah pemain, para pemain Al-Sadd mampu mengalirkan bola dengan baik di setiap sisi lapangan. Lalu, di ujung, ada winger dan juga wing-back yang siap menyajikan opsi melebar. Sementara, pada sektor tengah dan belakang, ada dua gelandang bertahan dan bek yang bisa jadi distributor bola.
Selain itu, Xavi juga menanamkan konsep free man di tim, terutama ketika timnya mendapatkan tekanan tinggi dari lawan. Nantinya, free man inilah yang akan memastikan bola tetap berada dalam kuasa Al-Sadd, kendati mereka ditekan lawan. Free man ini kunci Al-Sadd melepaskan diri dari tekanan.
Alhasil, dengan skema ini, tidak heran Al-Sadd bisa mendominasi dan mendikte lawan dalam setiap pertandingan. Xavi menerjemahkan apa yang diinginkan dengan baik di Al-Sadd, yaitu kuasai bola selama mungkin, dan sering bermain di area lawan.