Pencarian pengganti Robert Lewandowski memunculkan perdebatan internal yang cukup intens di Barcelona. Dilansir Goal, Direktur Olahraga klub, Deco de Souza, menilai obsesi mencari nomor 9 merupakan kesalahan, yang menegaskan fokus utama klub seharusnya kepada kestabilan tim dan adaptasi sistem permainan. Ia mengingatkan, sepak bola modern tidak selalu membutuhkan sosok penyerang tradisional, seperti yang ditunjukkan Paris Saint-Germain (PSG) dalam kesuksesannya di Eropa tanpa striker murni.
Di lapangan, Hansi Flick telah menemukan alternatif dari dalam skuadnya sendiri, yaitu Ferran Torres. Menurut The Athletic, Pada 2024/2025, Torres menunjukkan efisiensi meyakinkan dengan torehan 16 gol dalam 1.292 menit bermain dengan rata-rata 1 gol setiap 81 menit. Performa tersebut membuatnya mendapat julukan El Tiburon (Sang Hiu) dari rekan-rekannya, yang menggambarkan agresivitas dan konsistensinya di depan gawang. Flick pun kerap mempercayakan posisi sentral kepadanya, bahkan menggeser Lewandowski ke bangku cadangan dalam laga-laga penting.
Namun, rencana jangka panjang klub tidak berhenti di situ. Presiden Barcelona, Joan Laporta menargetkan Julian Alvarez sebagai rekrutan utama pada 2026. Penyerang Argentina berusia 25 tahun itu dianggap memiliki paket komplet, yakni mampu menekan tinggi, fleksibel di berbagai posisi, eksekutor tendangan bebas, dan memiliki etos kerja yang sesuai dengan filosofi Flick. Selain Alvarez, nama lain seperti Serhou Guirassy dan Etta Eyong dari Levante juga masuk radar. Eyong, penyerang muda Kamerun dengan klausul rilis 30 juta euro (Rp575,7 miliar), disebut-sebut telah menyetujui kesepakatan pribadi dengan Barcelona.
Meski banyak opsi tersedia, kondisi finansial menjadi tantangan utama. Menghabiskan dana besar untuk striker papan atas seperti Alvarez dinilai sulit dilakukan dalam situasi ekonomi klub saat ini. Karena itu, Barcelona mencoba menyeimbangkan antara investasi jangka panjang dan pembinaan pemain internal agar regenerasi berjalan berkelanjutan.