Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penalti
ilustrasi penalti (pixabay.com/rojesh55)

Intinya sih...

  • Ansu Fati selalu berhasil mencetak gol saat mengeksekusi penalti

  • Ada percikan konflik antara Ansu Fati dan Sebastien Pocognoli

  • Ansu Fati sangat membutuhkan suntikan moral demi bisa kembali ke puncak karier

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Algojo penalti bukan sekadar soal siapa yang mengambil tendangan. Ia bisa juga menjadi representasi keyakinan. Ini yang terjadi antara Ansu Fati dan AS Monaco pada 2025/2026. Winger berusia 22 tahun itu mendapat mandat tersebut ketika hanya berstatus pemain pinjaman dan Les Rouge et Blanc memiliki sejumlah penggawa permanen yang tidak kalah berkualitasnya. Bahkan, ada yang jauh lebih senior, baik secara usia maupun masa bakti.

Situasi menjadi menarik ketika jabatan pelatih AS Monaco berpindah dari tangan Adi Hutter ke Sebastien Pocognoli pada 11 Oktober 2025. Perubahan ini tentu menimbulkan pertanyaan mengenai status quo Fati terkait tanggung jawabnya sebagai algojo penalti. Semuanya masih mengambang karena AS Monaco memang belum kembali mendapat hadiah tersebut per 23 Oktober. Namun, persoalan itu tentu menjadi remeh jika dibandingkan dengan masa depannya secara keseluruhan di AS Monaco di bawah rezim Pocognoli.

1. Ansu Fati selalu berhasil mencetak gol saat mengeksekusi penalti

Per 23 Oktober 2025, Ansu Fati masih tercatat sebagai top skor sementara AS Monaco pada 2025/2026 dengan enam gol. Separuh dari torehannya tersebut tercipta melalui tendangan penalti. Ia menciptakannya untuk pertama kali ke gawang FC Lorient pada 27 September. Sayangnya, AS Monaco kalah dengan skor 1-3. Fati lantas mengukir brace penalti pada 5 Oktober yang membuat AS Monaco meraih seri secara comeback atas OGC Nice dengan skor 2-2.

Sebelum Fati mengukir gol penalti yang pertamanya, AS Monaco sudah sempat mendapat hadiah tersebut ketika bertanding melawan Club Brugge di Liga Champions Eropa (UCL) pada 18 September. Mereka menerimanya pada menit 10 ketika skor masih 0-0. Saat itu, Fati tidak berada di lapangan. Maghnes Akliouche lantas maju sebagai algojo dan gagal mencetak gol. AS Monaco pun kalah 1-4 dengan Fati yang membuat gol hiburan tersebut.

Kemudian, sebelum Fati mencatatkan brace penaltinya, AS Monaco juga terlebih dahulu mendapat hadiah tersebut ketika bertemu Manchester City di UCL pada 1 Oktober. Kali ini, Eric Dier sukses menjalankan tugas yang membuat mereka menahan raksasa Inggris itu dengan skor 2-2. Entah dipengaruhi kegagalan Akliouche atau tidak, Adi Hutter mengonfirmasi setelah pertandingan kontra Manchester City, Fati adalah algojo penalti mereka yang utama. Namun, Dier menggantikannya karena Fati yang memang sudah keluar lapangan pada menit 64.

2. Ada percikan konflik antara Ansu Fati dan Sebastien Pocognoli

AS Monaco memutuskan untuk memecat Adi Hutter pada 10 Oktober 2025. Juru taktik asal Austria yang mulai menukangi klub dari 4 Juli 2023 tersebut tersebut gagal membawa mereka melaju pesat pada awal 2025/2026 ini. AS Monaco hanya meraih 4 kemenangan, 2 keimbangan, dan menelan 3 kekalahan dari 9 pertandingan pertama. Sehari setelah memecat Hutter, manajemen AS Monaco langsung mengumumkan Sebastien Pocognoli sebagai pelatih anyar.

Pria asal Belgia yang baru berusia 38 tahun ini belum berkomentar apa pun soal status Fati sebagai algojo penalti. Sebab, mereka memang belum kembali mendapat hadiah tersebut per 21 Oktober. Pocognoli sendiri baru menjalani satu pertandingan sebagai pelatih AS Monaco. Mereka imbang 1-1 kontra Angers di Ligue 1 Prancis pada 18 Oktober. Fati bermain sampai menit 70 sebelum digantikan Takumi Minamino.

Fati tampaknya tidak menerima keputusan tersebut dengan cukup baik. Sebab, ia terlihat tidak menyalami sang pelatih ketika keluar lapangan. Dalam konferensi pers setelah pertandingan, Pocognoli menenangkan situasi dengan menyebut, kondisi seperti itu sangatlah normal. Ia memahami ketidakpuasan Fati. Namun, Pocognoli juga mengingatkan Fati harus memperbaiki emosinya.

3. Ansu Fati sangat membutuhkan suntikan moral demi bisa kembali ke puncak karier

Ansu Fati mencuri perhatian ketika menembus skuad senior Barcelona pada 2019. Talenta istimewanya membuatnya menjadi wonderkid selanjutnya yang mendapat label The Next Lionel Messi. Sayangnya, tekanan tinggi tersebut dan ditambah dengan cedera kambuhan membuatnya hilang dari radar. Sebelum bersama AS Monaco pada 2025/2026, pemain setinggi 1,78 meter ini juga sempat menjalani masa peminjaman di Brighton & Hove Albion pada 2023/2024.

Performa Fati bersama AS Monaco sejauh ini menunjukkan usaha kuatnya untuk kembali ke puncak karier. Dengan usia yang masih 22 tahun, Fati jelas menyisakan banyak waktu untuk bisa mencapai target tersebut. Beruntungnya, AS Monaco bersedia memberikan kesempatan kepada Fati untuk menggapainya. Itu bahkan terlihat dari kepercayaan pelatih sebelumnya, Adi Hutter, yang sempat menunjuknya sebagai algojo penalti yang utama.

Namun, masa depan Fati di AS Monaco menjadi tidak menentu setelah Sebastien Pocognoli menjadi pelatih baru. Situasi makin rumit karena percikan konflik yang terjadi dalam laga melawan Angers pada 18 Oktober 2025. Meski begitu, Pocognoli berjanji, dirinya bukanlah sosok pelatih yang langsung mencoret seorang pemain hanya karena satu reaksi. Semuanya bisa diterima selama sang pemain kembali ke kondisi normal pada hari berikutnya.

Realita hubungan antara Sebastien Pocognoli dan Ansu Fati setidaknya bakal tampak ketika AS Monaco kembali mendapat hadiah penalti. Jika Fati maju sebagai algojo, maka ini bisa menjadi bukti Pocognoli memang memercayainya. Namun, jika Fati berada di lapangan dan bukan dirinya yang mengambil kesempatan tersebut, ini bisa menjadi pertanda negatif bagi Fati. Apalagi jika itu dibarengi dengan menit bermain yang makin berkurang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team