Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Liverpool FC (pixabay.com/jorono)

Liverpool adalah klub sepak bola dengan sejarah panjang dan prestasi gemilang. Namun, siapa pemilik Liverpool dan bagaimana mereka mengelola klub? Usut punya usut, Fenway Sports Group (FSG) ternyata pemilik utama Liverpool sejak 2010, tetapi mereka tidak lepas dari kritik dan kontroversi.

Kepemilikan yang stabil memang telah membantu klub meraih kesuksesan di level domestik maupun Eropa. Namun, beberapa keputusan manajemen sempat menimbulkan protes dari penggemar. Seperti apa tata kelolanya?

1. Liverpool berkembang sejak berdiri hingga menjadi klub sepak bola raksasa

Liverpool didirikan pada 1892. Sejak saat itu, mereka bermarkas di Anfield, stadion yang awalnya dibangun untuk rival mereka, Everton. Klub ini segera berkembang menjadi salah satu kekuatan utama di sepak bola Inggris. Mereka memenangkan gelar juara liga pertama pada 1901. Sepanjang abad ke-20, Liverpool juga meraih banyak trofi, termasuk 18 gelar juara liga domestik sebelum memasuki era kesuksesan modern.

Pada 1970-an dan 1980-an, Liverpool mendominasi sepak bola Inggris dan Eropa di bawah asuhan pelatih legendaris, seperti Bill Shankly dan Bob Paisley. Klub ini memiliki deretan pemain bintang macam Kevin Keegan, Kenny Dalglish, dan Ian Rush. Setelah memenangkan liga pada 1989/1990, Liverpool mengalami periode sulit hingga kembali juara memasuki era English Premier League pada 2019/2020.

Keberhasilan terbaru ini tidak lepas dari kepemimpinan Juergen Klopp serta investasi besar yang dilakukan pemilik klub. Liverpool kini menjadi salah satu klub terbaik di Eropa dengan skuad yang kuat dan fasilitas yang makin berkembang. Stabilitas finansial dari kepemilikan klub berperan penting dalam pencapaian ini.

2. Fenway Sports Group menjadi pemilik utama Liverpool sejak 2010

Fenway Sports Group (FSG), sebuah perusahaan multinasional asal Amerika Serikat yang mengelola berbagai organisasi olahraga, menjadi pemilik Liverpool. FSG awalnya didirikan pada 2001 dengan nama New England Sports Ventures sebelum berganti nama pada 2011. Selain Liverpool, FSG juga memiliki klub bisbol Boston Red Sox, klub hoki Pittsburgh Penguins, serta beberapa investasi olahraga lain.

FSG mengambil alih Liverpool pada 2010 setelah membeli klub dari pemilik sebelumnya, George Gillett dan Tom Hicks. Akuisisi ini dilakukan karena kondisi finansial Liverpool yang buruk saat itu. Setelah pengambilalihan, FSG mulai menata ulang manajemen klub dan berinvestasi di berbagai sektor untuk meningkatkan daya saing Liverpool di level tertinggi.

Sejak saat itu, mereka telah melakukan berbagai investasi, termasuk renovasi Anfield dan pengembangan fasilitas pelatihan AXA Training Centre. Berkat manajemen yang baik, nilai Liverpool telah meningkat secara signifikan, dari sekitar 300 juta pound sterling atau setara Rp5,7 triliun pada 2010 menjadi lebih dari 4,2 miliar euro atau setara Rp72 triliun pada 2024. Klub kini memiliki pendapatan besar dari hak siar, sponsor, dan hasil kompetisi.

3. John Henry memimpin FSG dan berperan besar dalam perkembangan Liverpool

John Henry adalah pendiri dan tokoh utama di balik Fenway Sports Group. Lahir pada 1949 di Quincy, Illinois, Henry awalnya berkarier di dunia perdagangan komoditas sebelum akhirnya merambah investasi olahraga. Ia mulai membangun kekayaannya dengan mengelola perdagangan hasil pertanian sebelum mendirikan perusahaan investasi John W Henry & Company pada 1981.

Pada 2001, ia membeli Boston Red Sox. Pada 2010, ia mengakuisisi Liverpool. Sebagai seorang pengusaha, Henry sendiri dikenal memiliki strategi bisnis yang fokus kepada efisiensi dan pengembangan jangka panjang. Ia menggandeng beberapa investor untuk memperkuat FSG, termasuk RedBird Capital Partners dan legenda NBA, LeBron James.

Pada 2024, kekayaan John Henry diperkirakan mencapai 6 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp94 triliun. Investasinya di Liverpool telah membantu klub bersaing di level tertinggi, baik di Premier League maupun kompetisi Eropa. Dengan strategi bisnis yang berorientasi pada pertumbuhan, ia berhasil meningkatkan nilai Liverpool secara signifikan dalam waktu 1 dekade.

4. FSG menghadapi kritik dan kontroversi selama kepemilikan Liverpool

Meskipun telah membantu Liverpool meraih banyak kesuksesan, kepemilikan FSG juga tidak luput dari kritik. Salah satu insiden paling kontroversial terjadi pada 2019, ketika mereka mencoba mendaftarkan merek dagang atas nama Liverpool. Langkah ini mendapat kecaman luas karena dianggap tidak menghormati identitas kota dan akhirnya ditolak. Penggemar merasa, nama kota tidak boleh dijadikan hak eksklusif klub.

Kontroversi terbesar terjadi pada 2021 ketika Liverpool menjadi salah 1 dari 6 klub Inggris yang mencoba bergabung dengan European Super League (ESL). Kompetisi ini dirancang sebagai liga eksklusif bagi klub-klub elite Eropa, tetapi mendapat reaksi negatif dari penggemar dan otoritas sepak bola. Liverpool dan klub Inggris lainnya akhirnya mundur dari proyek tersebut setelah mendapatkan tekanan besar dari publik.

Akibat insiden tersebut, John Henry harus meminta maaf secara terbuka kepada para penggemar Liverpool. Dalam video pernyataannya, ia mengakui kesalahan dan berjanji untuk lebih memperhatikan kepentingan para pendukung klub. Meskipun beberapa keputusan menuai kontroversi, FSG tetap dianggap sebagai pemilik yang telah membawa perubahan positif bagi Liverpool.

Dengan kepemilikan yang stabil dan strategi investasi yang kuat, Liverpool terus menjadi salah satu klub terbesar di dunia. Ke depannya, tantangan bagi FSG adalah memastikan klub tetap kompetitif sambil menjaga hubungan baik dengan para penggemar yang sangat mencintai klub. Keputusan yang mereka ambil dalam beberapa tahun ke depan akan sangat menentukan masa depan Liverpool di panggung sepak bola global.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team