Masalah cedera juga menjadi aspek krusial yang mendesak untuk segera ditangani oleh Thomas Frank. Menurut laporan The Guardian, Tottenham Hotspur menempati posisi ke-3 dalam daftar cedera Premier League musim lalu, dengan total 22 pemain mengalami absen pada berbagai kesempatan. Tingginya angka ini menunjukkan adanya persoalan struktural dalam manajemen kebugaran, yang turut memengaruhi konsistensi performa tim sepanjang musim. Krisis cedera semacam ini tentu menjadi hambatan besar bagi pelatih mana pun, apalagi bagi Frank yang harus membangun stabilitas di tengah jadwal padat kompetisi domestik dan Eropa.
Sebagai langkah antisipatif, Frank membawa Chris Haslam, eks kepala performa fisik Brentford, untuk mengisi peran penting tersebut sekaligus sebagai asisten pelatih di Spurs. Haslam dikenal sebagai sosok yang berhasil menjaga tingkat kebugaran skuad Brentford tetap stabil selama beberapa musim terakhir. Harapannya, dengan pendekatan ilmiah dan sistematis yang dibawanya, Haslam dapat membantu Spurs menurunkan angka cedera dan meningkatkan ketahanan fisik pemain, terutama dalam menghadapi beban ganda dari Premier League dan Liga Champions.
Lini belakang Tottenham musim lalu menjadi titik lemah yang mencolok akibat cederanya beberapa pemain penting, terutama dalam situasi bola mati. Jika Brentford di bawah Frank hanya kebobolan 2 gol dari set-piece sepanjang musim lalu, terbaik di liga, Tottenham justru kebobolan 13 kali, terburuk ke-4 di antara semua tim Premier League. Dengan pendekatan taktis yang menaruh perhatian besar kepada detail taktik, Frank diharapkan mampu memperkuat organisasi pertahanan Spurs sekaligus menanamkan pola kerja defensif yang lebih disiplin dan efektif.
Thomas Frank memang memasuki fase paling menantang dalam kariernya. Jika ia mampu bertahan lebih dari satu musim, itu saja sudah menjadi pencapaian luar biasa di medan yang penuh rintangan seperti Tottenham.