Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sepak Bola.jpg
ilustrasi sepak bola (IDN Times/Mardya Shakti)

Jakarta, IDN Times - Auckland City FC sadar diri jelang duel melawan Bayern Munich di Piala Dunia Antarklub 2025. Mereka merasa maklum jika nantinya kalah telak dari Bayern saat berduel di TQL Stadium, Minggu (15/6/2025).

Wajar, karena Auckland City bukan klub yang memiliki level tinggi. Bahkan, para pemainnya berstatus paruh waktu lantaran punya pekerjaan tetap seperti guru, tukang cat, cleaning service, hingga mahasiswa.

1. Awalnya mau belajar bahasa Inggris, malah jadi pesepak bola

Salah satu pemain Auckland City, Gerard Garriga, mengakui jika dulunya merupakan karyawan di perusahaan kebersihan. Dia main di Auckland dengan ketidaksengajaan karena awalnya hanya ingin belajar bahasa Inggris. Tapi, pada akhirnya dia bisa menjadi pemain sepak bola di Auckland.

"Kami harus berlibur demi bisa sampai di sini. Sebenarnya, saya cuma mau belajar bahasa Inggris," ujar Garriga dilansir Bild.

2. Kalah 0-2 sudah jadi prestasi

Garriga mengakui jika Auckland City main di Eropa, mungkin berada di divisi kelima. Namun, hal itu tak membuatnya minder. Justru, main melawan tim sekelas Bayern, membuat Garriga dan rekan-rekannya antusias.

Pria 27 tahun itu tak masalah jika kalah dari Bayern. Sebab, dia mengakui level Bayern memang berbeda.

"Tim kami, kalau di Eropa, mungkin ada di divisi lima. Jika kami kebobolan lima gol atau lebih sedikit, itu sukses. Kalau cuma kalah 0-2, mungkin ada pesta di ruang ganti," kata Garriga.

3. Bahkan, Kompany dibuat terheran-heran nonton Auckland City

Pelatih Bayern, Vincent Kompany, menyaksikan sendiri atmosfer berbeda saat menyambangi New Zealand demi menganalisis permainan Auckland City. Bukannya fokus ke permainan, Kompany malah dibuat bingung dengan situasi di sekitar lapangan.

"Ada anjing di pinggir lapangan dalam satu laga yang saya saksikan. Kemudian, di belakangnya ada barbeku yang digelar. Tiba-tiba, bola dari luar masuk ke tengah lapangan," ujar Kompany.

Editorial Team