Kekalahan 0-1 dari Kosovo di Gothenburg, Swedia, menjadi titik nadir dari perjalanan Jon Dahl Tomasson. Swedia hanya mengumpulkan satu poin dari empat laga dan terdampar di dasar klasemen Grup B kualifikasi Piala Dunia 2026. Media dan pengamat menilai sang pelatih telah melupakan apa arti menjadi ‘Swedia’ yang lekat dengan disiplin, efisiensi, dan kebersamaan. Kekalahan beruntun itu juga menandai hilangnya koneksi antara tim nasional dan publik yang kian kecewa dengan arah permainan yang dianggap asing dan arogan.
Faktor nontaktis turut mempercepat keretakan hubungan tersebut. Tomasson kerap berbicara menggunakan bahasa Inggris dalam wawancara resmi, yang menciptakan jarak emosional dengan suporter dan jurnalis. Statusnya sebagai pelatih asal Denmark, negara rival historis Swedia, makin memperkeruh persepsi publik, terutama setelah muncul spanduk dengan ejekan “danskjavel” (Si Denmark b******n). Beberapa analis domestik menilai komunikasi yang kaku serta ketidakhadirannya secara sosial di Swedia membuatnya kehilangan kendali di ruang ganti.
Pihak federasi akhirnya mengambil keputusan tegas usai menghadapi Kosovo. Selain menjadi pelatih asing pertama dalam sejarah Swedia, Tomasson juga mencatat sejarah baru sebagai pelatih pertama tim nasional yang diberhentikan secara resmi. Setelah pemecatannya, nama Graham Potter muncul sebagai kandidat kuat penerus. Memiliki rekam jejak melatih di Swedia bersama OFK Ostersund, ia secara terbuka mengungkapkan kesediaannya menukangi timnas karena masih menyimpan ikatan emosional dengan negara itu.
Ambisi Jon Dahl Tomasson merevolusi Timnas Swedia ternyata tak membawa kemajuan. Meskipun diperkuat skuad berisi pemain elite Premier League, ia gagal menjadikan modernisasi taktik sebagai penyelamat tim yang tengah karam.