Jika dibandingkan dengan dulu, usaha Papat memang tak pernah padam. Dulu, perjuangan feminisme dia lakukan saat masih menjadi pemain aktif. Dia bahkan merasakan menterengnya sepak bola wanita dibanding pria.
Memasuki medio 1970-an, klub wanita sudah menjalankan aktivitas melalui pelbagai kompetisi independen. Baru satu dasawarsa berselang, mereka mulai bersaing dalam ajang yang berada di bawah naungan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), sebut saja Piala Kartini (1981) dan Invitasi Galanita (1982).
Nama klub seperti Putri Mataram, Putri Semarang, Putri Priangan, hingga Buana Putri, santer terdengar di berbagai penjuru tanah air. Dua nama terakhir bahkan jadi dua raksasa yang acap kali adu sikut bersaing meraih gelar dalam rivalitas tertinggi.
Jika merunut sejarah, di level tim nasional, sepak bola wanita Indonesia jadi tim yang disegani di Asia. Memulai debut di ajang internasional, mereka jadi semifinalis Piala Asia 1977. Timnas Indonesia bahkan bisa menumbangkan Jepang pada Piala Asia 1977 dengan skor tipis 1-0.
Timnas Wanita selanjutnya langsung merasakan gelar juara satu-satunya, yakni di turnamen segitiga antara Indonesia, Singapura, dan Malaysia pada 1979 silam.
Usai itu kegemilangan mereka dilanjutkan di lingkup yang lebih kecil, yakni Asia Tenggara. Mereka bisa meraih dua kali posisi runner up di ASEAN Womens Championship 1982 dan 1985. Setahun berselang, Timnas Wanita mampu meraih posisi empat Piala Asia dan menjadikan itu prestasi terakhirnya.
Pelan-pelan prestasi mereka kian meredup. Salah satunya karena pembubaran pengurus Liga Sepak Bola Wanita (Galanita) tahun 1993. Galanita adalah kompetisi sepak bola yang diselenggarakan setiap tahun dan diikuti klub-klub sepak bola perempuan di tanah air. Kala itu, Ketua Umum Galanita, almarhumah Dewi Wibowo, memutuskan untuk membubarkan kepengurusannya dan menyerahkan kembali kepada PSSI.
Prestasi Timnas Wanita Indonesia pun mengalami pasang surut. Sempat meraih medali perunggu di ajang SEA Games 1997 dan 2002, mereka juga sempat minim prestasi, bahkan terbilang jarang mengikuti berbagai event internasional.