Galaxy Z TriFold berada di dalam kota kaca pelindung (youtube.com/Demon's Tech)
Kelangkaan Galaxy Z TriFold dimanfaatkan oleh reseller di pasar barang bekas seperti Karrot dan Joonggonara. Tak lama setelah stok resmi dinyatakan habis, perangkat ini muncul di berbagai platform jual beli dengan harga yang jauh lebih tinggi. Sejumlah unit ditawarkan di kisaran 3,7 hingga 4 juta won. Bahkan, beberapa penjual mematok harga ekstrem yang mencapai 9–10 juta won per unit.
Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen yang berniat membeli untuk penggunaan pribadi. Menanggapi hal itu, Samsung menegaskan bahwa unit restock Galaxy Z TriFold tetap akan dijual sesuai harga resmi, yakni 3,594 juta won. Kebijakan ini diharapkan dapat meredam praktik spekulasi harga di pasar sekunder. Meski demikian, penurunan harga kemungkinan hanya bersifat sementara jika pasokan kembali habis dalam waktu singkat.
Tingginya minat terhadap Galaxy Z TriFold menjadi bukti bahwa inovasi desain masih memiliki daya tarik kuat di pasar smartphone. Walaupun dibanderol harga premium dan tersedia dalam jumlah terbatas, antusiasme konsumen tetap sangat tinggi. Perangkat ini berhasil menciptakan euforia yang jarang terjadi di segmen smartphone kelas atas.
Namun, di balik kesuksesan tersebut, Samsung juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Margin keuntungan yang disebut relatif tipis, meningkatnya biaya komponen, dan absennya perlindungan Samsung Care+ menjadi catatan penting. Ke depan, pengelolaan pasokan dan penguatan layanan purnajual akan menjadi faktor krusial bagi keberlanjutan Galaxy Z TriFold. Meski begitu, langkah agresif ini semakin menegaskan posisi Samsung sebagai pelopor inovasi di ranah perangkat smartphone lipat.