Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Shenmue merupakan game yang sangat disayangkan kegagalannya (store.steampowered.com/Shenmue III)

Bertahan dalam industri game tidaklah mudah. Bertahan di puncak jauh lebih sulit. Meskipun Jax & Daxter, Dino Crisis, dan The Legacy of Kain pernah dianggap sebagai game yang mampu bertahan lama dan terus bersaing, mereka semua telah jatuh pada masa-masa sulit. Dalam situasi ini, para pengembang game harus memilih apakah mereka akan mencoba lagi atau membiarkannya mati.

Namun untuk bisa kembali populer, pengembang tidak bisa begitu saja mengeluarkan game yang layak, mereka harus menjadi besar atau pulang. Mereka harus menginvestasikan seluruh waktu dan tenaga mereka untuk membuat video game terbaik. Sekarang, ada banyak waralaba yang tersandung, hanya untuk kembali sepuluh kali lebih kuat: Resident Evil, Mortal Kombat, Metroid, dan lain sebagainya.

Namun, melakukan segalanya tidak selalu membuahkan kesuksesan. Beberapa perusahaan menghabiskan banyak uang untuk merevitalisasi properti game yang dulunya dicintai, namun kemudian gagal secara spektakuler. Game-game ini tidak hanya "gagal". Mereka dibenci oleh para kritikus, gagal menghasilkan uang sepeser pun, dan membuat tim pengembangnya bangkrut. Berikut adalah list lima game yang melakukan comeback tapi gagal.

1. Duke Nukem Forever

Duke Nukem Forever dengan alien dan tembakan (store.steampowered.com/Duke Nukem Powered)

Meskipun dua game Duke Nukem pertama terjual dengan baik, game ketiganya menjadi hit besar, terjual sebanyak 3,5 juta unit. Setelah game bertemakan penjahat pembasmi alien ini mencapai tingkat popularitas yang baru, para penggemar dengan penuh semangat menantikan kelanjutannya. Dan wow, mereka benar-benar menunggu.

Duke Nukem Forever awalnya ditetapkan untuk dirilis pada tahun 1998. Setelah penundaan yang tak terhitung jumlahnya, sekuel yang ditunggu-tunggu ini dirilis pada tahun 2011. Game ini mendapatkan Rekor Dunia Guinness untuk waktu terlama yang dihabiskan oleh sebuah video game dalam pengembangan.

Namun pengembangan yang begitu lamanya tidak hanya memakan waktu, tetapi juga memakan biaya yang sangat mahal. Karena biaya lisensi, konten yang dibuang, memulai ulang proyek berulang kali, kehabisan uang tunai, dan dibeli oleh perusahaan lain. Game keempat Duke Nukem berakhir dengan biaya setidaknya 30 juta dolar.

Namun ketika sang pahlawan akhirnya muncul ke permukaan, jelas sekali bahwa game ini tidak layak untuk ditunggu. Meskipun menghabiskan waktu yang sangat lama untuk dikembangkan, Duke Nukem Forever terasa terburu-buru, karena grafisnya yang buruk, platform yang berlebihan, AI yang primitif, referensi budaya pop yang ketinggalan zaman, dan gameplay yang bermasalah. Dengan semua uang dan waktu yang dimilikinya, sangat mengesankan betapa buruknya Duke Nukem mengikis warisannya sendiri dalam satu gerakan.

2. Shenmue III

Shenmue III adalah game open world yang potensial (store.steampowered.com/Shenmue III)

Mengingat Shenmue memelopori quick-time events, open world, dan mekanisme lainnya, jelas bahwa game petarung berorientasi Jepang ini mendahului zamannya. Namun, karena proyek ini menghabiskan biaya yang sangat besar dan eksklusif untuk Dreamcast, menghasilkan keuntungan yang tidak seberapa. Ketika Shenmue II juga meledak, potensi waralaba Yu Suzuki tampaknya gagal.

Kedua seri tersebut mungkin telah gagal, namun kekaguman terhadap Shenmue tumbuh seiring berjalannya waktu. Menyadari bahwa masih ada kecintaan yang mendalam terhadap ciptaannya, Suzuki menyelenggarakan kampanye Kickstarter untuk Shenmue ketiga pada tahun 2015. Hebatnya, Shenmue III menjadi proyek crowdfunding tercepat yang mencapai $1 juta dan game Kickstarter pertama yang berhasil mengumpulkan lebih dari $6 juta. Pada akhirnya, proyek ini berhasil mengumpulkan $20 juta, melampaui target awal hingga sepuluh kali lipat.

Itulah mengapa sangat menyedihkan ketika mengetahui bahwa Shenmue III ternyata gagal besar. Bahkan, game ini gagal mengalahkan penjualan remaster dari game aslinya pada tahun 2018. Meskipun game pendahulunya mendorong batas-batas, Shenmue III lebih banyak melakukan hal yang sama, membuatnya tampak kuno dan tidak imajinatif.

3. Sonic The Hedgehog (2006)

Seri Sonic yang diharapkan bisa bersaing kembali dengan Mario (sonic.fandom.com/Sonic The Hedgehog (2006))

Meskipun Sonic Adventure 1 dan 2 mendapat cukup banyak pujian, eksklusivitasnya di Dreamcast merugikan penjualan. Dan ketika Sonic Heroes menerima ulasan yang beragam, Sega menyadari bahwa maskot mereka yang lucu tidak lagi memiliki cengkeraman yang sama pada industri game seperti dulu. Maka dari itu munculah Sonic the Hedgehog 2006.

Sonic the Hedgehog 2006 adalah reboot yang diharapkan untuk menghidupkan kembali waralaba Sonic. Sega berharap bahwa dengan reboot ini, Sonic dapat kembali menjadi saingan utama Mario. Namun, harapan tersebut tidak terwujud karena Sonic '06 ternyata lebih buruk dari yang diharapkan. Game ini menghadapi berbagai masalah seperti gameplay yang bermasalah, waktu loading yang lama, kontrol yang buruk, dan level yang membosankan. Karena hal-hal ini, Sonic '06 dianggap sebagai entri terburuk dalam waralaba Sonic. Meskipun game ini terjual dengan baik, tetapi game ini juga bertanggung jawab atas mencemarkan nama Sonic the Hedgehog. Jadi, meskipun diharapkan untuk menjadi kembalinya Sonic yang hebat, reboot ini malah menjadi kejatuhannya.

4. Bionic Commando

Bionic Commando salah satu game andalan Capcom (store.steampowered.com/Bionic Commando)

Capcom berpikir bahwa inilah saatnya untuk mencoba kembali salah satu waralaba yang paling disayangi, Bionic Commando. Tidak seperti remake tahun 2008, Bionic Commando tahun 2009 merupakan perombakan besar-besaran, yang dirancang untuk menghidupkan kembali seri ini.

Capcom melakukan perombakan besar dengan grafis yang indah, cerita yang mendalam, sistem pertarungan yang bagus, dan mekanisme grapple hook yang kompleks. Namun, meskipun ambisius, permainan ini gagal menarik perhatian masyarakat dan mendapatkan ulasan yang buruk. Salah satu hal yang paling menarik adalah cerita bahwa lengan mekanik sang protagonis, Spencer, menyimpan jiwa istrinya yang terdengar konyol dan tidak masuk akal. Setelah kegagalan ini, Capcom memutuskan untuk tidak melanjutkan seri Bionic Commando dan waralaba ini mungkin sudah mati selamanya setelah tidak aktif selama lebih dari satu dekade.

5. Yooka-Laylee

Yooka-Laylee diharapkan bisa menyamain Banjo-Kazooie (store.steampowered.com/Yooka-Laylee)

Para gamer merasa khawatir ketika tim pengembang utama dari Rare berpisah, terutama karena diyakini ini berarti akhir dari seri game terkenal Rare tertentu seperti Banjo-Kazooie. Namun, harapan tumbuh ketika mantan karyawan Rare mendirikan perusahaan baru, Playtonic Games, dan mengumumkan game penerus spiritual Banjo-Kazooie yang bernama Yooka-Laylee.

Playtonic harus mengandalkan Kickstarter untuk mendapatkan dana, dan hasilnya sangat mengesankan dengan lebih dari £2 juta terkumpul dari target £175.000 awal. Meskipun Yooka-Laylee terjual dengan baik dan menghasilkan spin-off, game ini tidak mampu menghidupkan kembali minat terhadap karya-karya Rare secara maksimal. Meskipun teka-teki dan platformingnya menyenangkan, game ini terasa seperti mengandalkan nostalgia daripada menemukan identitasnya sendiri. Akhirnya, Yooka-Laylee hanya memberikan hasil yang "oke" dan tidak dapat menyamai kesuksesan pendahulunya.

Dalam dunia industri game, keberhasilan suatu permainan tidak selalu dapat diukur dari nama besar game pendahulunya. Beberapa game memiliki kisah yang unik, di mana meskipun mengalami kesuksesan di awal, namun mereka tidak mampu mempertahankan konsistensi dari nama besar tersebut. Kelima game yang telah dibahas di artikel ini membuktikan bahwa nama besar di masa lalu bukan kunci utama kesuksesan. Meskipun dicap game gagal, apakah kamu tertarik untuk memainkannya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team