Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bermain game (pexels.com/@anton-porsche)

Intinya sih...

  • Cloud gaming membutuhkan kecepatan internet tinggi
  • Latensi rendah dan koneksi stabil diperlukan untuk pengalaman bermain yang lancar
  • Harga langganan bulanan dan biaya game penuh membuat cloud gaming kurang populer

Konsol dan PC masih menjadi pilihan utama untuk aktivitas gaming AAA. Bukan teknologi baru, cloud gaming masih kalah populer dari platform PC dan konsol. Ini terbukti dengan tumbangnya Google Stadia yang awalnya digadang-gadang menjadi masa depan industri game. Sementara itu, platform cloud gaming lainnya seperti NVIDIA GeForce Now kini juga tidak begitu populer, khususnya di Indonesia.

Cloud gaming menawarkan solusi bermain game AAA tanpa memiliki perangkat berspesifikasi tinggi. Hanya dengan bermodalkan perangkat seperti PC atau smartphone berspesifikasi biasa saja, cloud gaming memungkinkan pengguna memainkan game AAA lewat koneksi internet. Sayangnya, cloud gaming juga mengusung sejumlah kekurangan.

Nah, kekurangan inilah yang membuat cloud gaming kurang populer. Kenapa, ya, kira-kira? 

1. Keterbatasan infrastruktur internet, terutama di negara berkembang

ilustrasi internet (unsplash.com/@yapics)

Seperti diketahui, cloud gaming membutuhkan koneksi internet sangat cepat, stabil, serta latensi rendah untuk memberikan pengalaman bermain yang lancar. Banyak wilayah, terutama di negara berkembang, belum memiliki akses  internet yang cukup cepat. Inilah yang sekarang terjadi di Indonesia, di mana tarif internet masih cukup mahal bagi sebagian orang.

Game dalam cloud gaming, terutama multiplayer atau kompetitif, sangat sensitif terhadap latensi. Lag atau delay bisa mengurangi kenyamanan bermain. Tak hanya itu, cloud gaming memerlukan bandwidth besar sehingga kurang terjangkau bagi pengguna dengan kuota terbatas.

2. Biaya berlangganan cloud gaming dianggap masih cukup mahal

ilustrasi bermain game (pexels.com/@lalesh)

Pada awalnya cloud gaming dibuat untuk memberikan solusi kepada gamer yang tidak mampu membeli konsol atau PC spek tinggi. Namun, alih-alih murah, harga cloud gaming justru dianggap mahal oleh sebagian orang. Layanan cloud gaming seperti NVIDIA GeForce Now dan Xbox Cloud Gaming membutuhkan biaya langganan bulanan. Harga tersebut dianggap tidak sebanding dengan pengalaman yang ditawarkan. Selain biaya langganan, pengguna memerlukan koneksi internet untuk mendukungnya. Pengguna terkadang juga tetap harus membeli game dengan harga penuh meski sudah memainkannya dalam cloud gaming.

3. Kurangnya kepercayaan konsumen terhadap cloud gaming

ilustrasi orang bermain game (pexels.com/@cottonbro)

Cloud gaming adalah teknologi yang masih belum sempurna. Banyak gamer ragu terhadap stabilitas layanan cloud gaming. Kekhawatiran tentang lag, resolusi rendah, dan kualitas streaming membuat banyak orang lebih memilih konsol atau PC konvensional. Sejarah kegagalan beberapa layanan seperti Google Stadia juga menciptakan skeptisisme terhadap cloud gaming.

4. Ekosistem cloud gaming masih belum optimal

ilustrasi orang bermain game (pexels.com/@cottonbro)

Meski menyediakan banyak game, tidak semua judul game tersedia di platform cloud gaming. Beberapa pengembang game belum tertarik untuk mengintegrasikan produk mereka ke layanan ini karena masalah teknis, biaya, atau keuntungan yang dianggap tidak sepadan. Keterbatasan kompatibilitas juga membuat pengguna enggan beralih dari perangkat konsol dan PC.

5. Kalah bersaing dengan konsol dan PC

ilustrasi PS5 (unsplash.com/@amanz)

Meski harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli perangkat, masih banyak gamer lebih memilih untuk bermain di PC dan konsol. Mayoritas dari mereka masih lebih nyaman bermain di konsol atau PC karena memberikan kontrol penuh atas perangkat keras, pengaturan grafis, dan modifikasi. Konsol seperti PlayStation dan Xbox terus menawarkan pengalaman bermain offline tanpa terhubung ke internet. Ini berbeda dengan cloud gaming yang selain harus membayar biaya bulanan sekaligus berlangganan internet, dan juga tetap harus membeli game dengan harga utuh. 

Cloud gaming sebenarnya merupakan teknologi yang menjanjikan. Namun, ia masih membutuhkan waktu untuk berkembang. Teknologi cloud gaming ini menghadapi berbagai tantangan seperti infrastruktur, harga, dan beberapa kendala lainnya. Dengan kata lain, cloud gaming berpotensi menjadi masa depan industri game. Tertarik mencoba berlangganan? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team