[REVIEW] God of War Ragnarök—Narasi Kuat di Tengah Pertempuran Dewa

Sebuah waralaba dengan nama besar bisa saja terus dicintai oleh gamer dan penggemar karena ia terus konsisten untuk berada di jalur yang tepat. Narasi megah, mekanisme gameplay solid, tampilan visual memanjakan mata, dan kualitas audio mumpuni harus jadi syarat yang terpenuhi untuk sebuah karya yang selalu disukai.
Nah, salah satu judul atau karya besar yang mampu mencapai itu semua adalah serial God of War. Pada judul terbarunya, God of War Ragnarök, developer masih menyuntikkan berbagai elemen penting yang membuat game ini terasa besar dan layak disebut sebagai salah satu karya terbaik.
Jadi, bagaimana ulasan dari game eksklusif ini di mata penulis? Kenapa ia sampai disebut sebagai kandidat kuat untuk meraih game terbaik tahun ini? Yuk, simak review God of War Ragnarök berikut ini.
1. Plot dan narasi solid
Di sini, kita masih akan mengikuti kisah dari Kratos yang tentunya makin kompleks karena Atreus telah beranjak remaja. Untuk membuat narasi dan keseluruhan plot cerita makin mudah dipahami, kamu sebaiknya memainkan God of War (2018) terlebih dahulu. Pasalnya, ada benang merah yang terjalin kuat di antara kedua game ini.
God of War Ragnarök sendiri jelas menjadi sekuel dari God of War (2018) yang terhitung solid dan berbobot, setidaknya di mata penulis. Tak mudah menguraikan tentang apa yang terjadi antara Kratos dan dunia di luar dirinya, termasuk Atreus yang ternyata memiliki sejarah besar untuk diikuti.
Lantas, benang merah apa yang menjadi penghubung di kedua game apik tersebut? Well, embel-embel Ragnarök dalam game terbaru ini akan menuntun gamer pada sebuah petualangan yang terjadi akibat kematian Baldur pada masa lalu. Bicara soal Baldur, tentu akan melibatkan nama besar dewa lainnya, yakni Odin dan Thor.
Kematian Baldur memang membawa petaka bagi dunia Kratos karena dewa yang satu itu bukanlah dewa sembarangan. Ia adalah saudara dari Thor dan anak dari Odin yang sebetulnya memiliki kekuatan besar layaknya dewa lainnya. Dendam Thor dan Odin menjadi salah satu bagian penting dalam cerita di game ini.
Di sisi lain, anak dari Kratos, Atreus, yang bertambah besar rupanya diselimuti oleh berbagai rasa penasaran yang akhirnya membawa pada sebuah fakta mengejutkan. Ya, ia rupanya ditakdirkan untuk menjadi titisan dari Loki, salah satu dewa Nordik yang juga masih berkaitan erat dengan Thor dan Odin.
Latar waktu yang terjadi dalam God of War Ragnarök adalah 3 tahun setelah Kratos menyelesaikan tugasnya dalam God of War (2018). Uniknya, ada sembilan dunia dewa yang dapat kita jelajahi di sini. Midgard, Asgard, Alfheim, Jotunheim, Svartalfheim, Helheim, Muspelheim, Niflheim, dan Vanaheim merupakan sembilan dunia yang ada di alam Nordik yang berusaha direpresentasikan dalam game ini.
Jumlah realm atau dunia dewa tersebut lebih banyak dari seri sebelumnya yang hanya mampu menampilkan enam dunia. Selain luas, jalinan narasi cerita yang dihadirkan juga terkesan dalam dan matang. Gamer bisa mendalami cerita yang ada melalui berbagai kisah yang dipaparkan layaknya legenda.
Hubungan antara Atreus dan takdirnya yang merupakan titisan dewa pun mulai terkuak jika kita mengikuti kisah game ini dari awal. Oh, ya, berkenaan dengan Thor dan Odin, mungkin ada baiknya kamu tidak menyamakan keduanya pada sosok superhero pada Marvel. Dalam cerita kali ini, mereka berdua bahkan dikenal sebagai antagonis yang menindas rakyat.
Nah, di mata penulis, Sony Interactive Entertainment (SIE) dan Santa Monica Studio sudah cukup brilian dalam meramu ide menjadi sebuah narasi yang terhitung apik. Kisah perang besar Ragnarök pun dapat dieksekusi dengan cantik meskipun peperangan yang dihadirkan juga tidak begitu masif.