Senua’s Saga: Hellblade II berkisah pada petualangan Senua yang lebih impresif. (dok. Ninja Theory/Senua’s Saga: Hellblade II)
Narasi yang disuntikkan oleh Ninja Theory kali ini masih bisa dikatakan megah, luas, tapi juga terkesan kelam. Masih satu lingkaran dengan dunia Nordik, kali ini developer memberikan Senua kesempatan untuk bertualang di Dataran Tinggi Islandia yang sangat luas, indah, tapi juga mematikan. Sekadar informasi, dengan latar abad ke-9 di wilayah Islandia, developer ingin memberikan konsep yang jelas mengenai sejarah di sana.
Meski fiktif, tentu developer juga tidak sembarangan memasukkan beberapa unsur yang bersinggungan dengan sejarah bangsa Nordik pada masa lalu. Well, terlepas dari ganasnya alam pada masa itu, kelompok manusia Nordik dan Celtic sebetulnya sudah menetap di sana dan mereka terbiasa dengan kehidupan layaknya manusia modern, seperti berdagang atau malah berperang.
Penulis merasa bahwa Senua’s Saga: Hellblade II memiliki cerita dan premis yang lebih menarik untuk diikuti. Ia bukan sekadar bersandar pada kisah naratif yang linier seperti Hellblade: Senua's Sacrifice. Lebih dari itu, developer terkesan ingin memasukkan banyak unsur yang gelap dan menantang dalam keseluruhan cerita Senua’s Saga: Hellblade II.
Di sini, Senua harus mencari jawaban mengenai banyak hal, termasuk kejadian misterius yang membawanya ke wilayah luas yang terpencil di dunia Viking. Jika kamu merupakan gamer yang tidak menyukai alur narasi berat dan melibatkan unsur psikologis, mungkin game ini akan terasa menyiksa ketika dimainkan. Seperti yang penulis tekankan sejak awal, game ini berjalan pada narasi yang kompleks dan gelap.
Apa yang dihadapi Senua dalam alam pikirannya juga jauh lebih terlihat nyata ketimbang pengalamannya pada game yang pertama. Ia memang sudah dianggap sebagai pembunuh monster dan raksasa. Namun, pada judul keduanya ini, petualangan Senua betul-betul tidak akan mudah karena alam kesadarannya mampu membentuk dunia yang lebih hebat dan mematikan.
Well, seperti pada game pertamanya, semua kisah dengan narasi megah dan gelap yang dialami oleh Senua adalah waham atau delusi yang dialami oleh Senua sendiri. Akan tetapi, tidak seperti kisahnya dalam game pertama, developer di sini justru akan membiarkan pikiran kita terbelah menjadi dua. Jika kamu menganggap bahwa pengalaman epik tersebut adalah sebuah kenyataan di dunia Senua, itu juga tak masalah.
Di sisi lain, jika kamu menganggap bahwa Senua belum betul-betul sembuh dari skizofrenia—yang kita tahu bahwa penyakit mental ini nyaris mustahil disembuhkan—itu pun dapat dimasukkan sebagai jawaban klimaks untuk game ini. Penulis tetap menganggap bahwa apa yang terjadi dan dialami oleh Senua merupakan hasil dari imajinasi dan konsep delusi yang ia ciptakan sendiri.
Nah, di sini menariknya. Senua tetap akan menjadi sang pembunuh raksasa yang legendaris. Ia bahkan juga ditemani oleh beberapa karakter lain yang memiliki misi yang sama dengan dirinya. Sayangnya, dengan segala macam kompleksitas dan kerumitan di dunia Viking yang indah, keseluruhan cerita dalam game ini justru terasa singkat. Petualangan megah Senua pada abad ke-9 juga terasa antiklimaks ketika kita dihadapkan pada misi-misi yang sebetulnya tidak berbasis pada RPG.
So, petualangan besar Senua masih wajib kamu coba dalam game ini. Jelas kisahnya lebih menantang jika dibandingkan Hellblade: Senua's Sacrifice. Hanya saja, sebaiknya kamu juga tidak berekspektasi terlalu tinggi mengenai narasi dalam Senua’s Saga: Hellblade II. Meski dalam dan luas, ia masih terkesan antiklimaks, terutama jika kamu merupakan gamer veteran yang sudah melanglang buana pada game berat.