Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi AI
ilustrasi AI (freepik.com/rawpixel-com)

Intinya sih...

  • Perlindungan data harus jadi prioritas utamaPenerapan AI melibatkan pengumpulan data pengguna secara intensif. Data tersebut mencakup pola belajar, tingkat kemampuan, hingga informasi pribadi siswa.

  • Regulasi dibutuhkan untuk menghindari kecurangan akademikPenggunaan AI untuk membuat esai, menjawab soal, atau menyelesaikan proyek memunculkan tantangan baru bagi integritas akademis.

  • Adanya kesenjangan teknologi di berbagai sektorTidak semua sekolah di Indonesia memiliki fasilitas atau koneksi internet memadai untuk mengadopsi teknologi AI.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kemunculan teknologi AI dalam dunia pendidikan membuka peluang besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru dan siswa dapat mengakses alat bantu yang mempercepat proses belajar sekaligus memperkaya pengalaman akademik. Meskipun begitu, penggunaan AI tanpa pengawasan menimbulkan kekhawatiran mengenai etika, keamanan data, dan keadilan pendidikan. Tak heran jika tidak sedikit dosen yang mengeluhkan banyak mahasiswanya berlebihan dalam menggunakan AI untuk tugas.

Siswa dapat menggunakan AI untuk mengerjakan tugas tanpa memahami materi, sementara lembaga pendidikan belum memiliki pedoman jelas. Kondisi ini menunjukkan bahwa teknologi maju saja tidak cukup tanpa kerangka aturan yang matang. Pertanyaannya, sudah perlukah Indonesia membuat aturan atau regulasi AI, terutama untuk pendidikan? Untuk menjawab pertanyaan ini. Yuk, bedah lebih lanjut!

1. Perlindungan data harus jadi prioritas utama

ilustrasi penggunaan AI (unsplash.com/@johnishappysometimes)

Penerapan AI melibatkan pengumpulan data pengguna secara intensif. Data tersebut mencakup pola belajar, tingkat kemampuan, hingga informasi pribadi siswa. Tanpa regulasi yang kuat, risiko penyalahgunaan data dapat meningkat. Ini cukup penting mengingat tingkat keamanan data di Indonesia masih dipertanyakan.

Institusi pendidikan perlu memahami bagaimana penyedia layanan AI menyimpan dan mengolah data siswa. Transparansi harus menjadi syarat utama sebelum sekolah menggunakan platform tertentu. Regulasi dapat memastikan bahwa setiap keputusan terkait privasi berdasar standar yang aman dan bertanggung jawab.

2. Regulasi dibutuhkan untuk menghindari kecurangan akademik

ilustrasi kecerdasan buatan (AI) (freepik.com/rawpixel-com)

Penggunaan AI untuk membuat esai, menjawab soal, atau menyelesaikan proyek memunculkan tantangan baru bagi integritas akademis. Siswa yang memanfaatkan AI secara tidak etis dapat melemahkan tujuan pembelajaran. Sekolah juga menjadi kesulitan mengukur kemampuan asli siswa. Permasalahan ini juga cukup sering dijumpai di perguruan tinggi.

Regulasi dapat mengatur batasan penggunaan AI dalam tugas atau ujian. Pedoman penggunaan yang jelas membantu guru membedakan antara penggunaan yang produktif dan kecurangan. Artinya, AI dapat mendukung pembelajaran tanpa menghilangkan nilai kejujuran akademik.

3. Adanya kesenjangan teknologi di berbagai sektor

ilustrasi AI (unsplash.com/@omilaev)

Tidak semua sekolah di Indonesia memiliki fasilitas atau koneksi internet memadai untuk mengadopsi teknologi AI. Ketimpangan ini menimbulkan risiko bahwa hanya sekolah tertentu yang mendapat manfaat. Kesenjangan akses dapat memperlebar ketidakadilan pendidikan antar wilayah. Di sini tugas pemerintah adalah melakukan pemerataan koneksi internet di seluruh negeri.

Regulasi dapat mengarahkan pemerintah untuk menyediakan dukungan infrastruktur bagi sekolah yang tertinggal. Standar nasional mengenai penggunaan AI dapat mencegah kesenjangan semakin melebar. Di sisi lain, kebijakan yang inklusif memastikan bahwa tiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.

4. Diperlukan kesiapan sumber daya memadai dengan pengembangan kompetensi

ilustrasi menulis dibantu oleh AI (freepik.com/freepik)

Guru merupakan ujung tombak implementasi teknologi di sekolah. Tanpa pelatihan yang memadai, penggunaan AI tidak akan efektif bahkan bisa membingungkan. Guru perlu memahami cara kerja alat bantu AI dan kapan harus menggunakannya.

Regulasi dapat mewajibkan pelatihan dasar bagi guru sebelum menerapkan AI dalam pembelajaran. Program peningkatan kompetensi akan meningkatkan kepercayaan diri guru saat memanfaatkan teknologi. Langkah ini juga mendorong pemanfaatan AI secara kreatif dan tetap terarah.

5. Regulasi AI harus dirancang tanpa ada pihak yang dirugikan

ilustrasi AI (freepik.com/iuriimotov)

AI dapat memberikan jawaban instan tetapi tidak selalu memahami konteks moral atau sosial. Siswa perlu diajarkan untuk menggunakan AI secara bertanggung jawab agar tidak bergantung secara penuh. Pendidikan etika digital menjadi semakin relevan dalam era ini.

Regulasi diperlukan untuk memastikan bahwa penggunaan AI tetap sejalan dengan nilai dan budaya pendidikan nasional. Aturan yang jelas membuat siswa dan guru memahami batasan moral dalam memanfaatkan teknologi. Pendekatan tersebut membantu AI menjadi alat bantu, bukan pengganti proses berpikir.

Indonesia memang sudah saatnya membutuhkan regulasi AI untuk memastikan teknologi ini menjadi peluang. Kerangka aturan yang kuat akan menciptakan penggunaan AI yang aman, adil, dan bertanggung jawab di seluruh institusi pendidikan. AI bukan ancaman jika dimanfaatkan dengan baik. Itulah mengapa diperlukan adanya regulasi dan undang-undang yang adil dan terukur. Kalau menurutmu bagaimana? Apakah kamu setuju ada regulasi AI di Indonesia?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team