Data Biometrik Bisa Diretas, Ketahui Cara Melindunginya

Intinya sih...
- Data biometrik sangat berharga dan rentan karena tidak bisa diubah jika bocor
- Peretasan data biometrik dapat terjadi saat ditransmisikan atau disimpan, dengan metode seperti skimming, spoofing, dan replay attack
- Menerapkan Multi-Factor Authentication (MFA), pembaruan perangkat lunak, dan pelatihan keamanan karyawan dapat meminimalkan risiko peretasan data biometrik
Ramainya aplikasi World di Indonesia yang menawarkan insentif finansial setelah pengguna memindai iris mata memicu kekhawatiran serius tentang keamanan data.
Meski diklaim aman dan terenkripsi, banyak pihak mempertanyakan ke mana sebenarnya data mata tersebut disimpan dan siapa yang mengaksesnya. Kasus ini membuka mata publik bahwa data biometrik, seperti sidik jari, wajah, dan iris mata, merupakan aset digital yang sangat berharga.
Jika bocor, data biometrik tak bisa diubah seperti kata sandi. Oleh karena itu, memahami cara mencegah pencurian data biometrik semakin penting di tengah maraknya layanan digital yang mengandalkan autentikasi tubuh manusia.
1. Kenali cara kerja peretasan data biometrik
Sebelum bisa mencegah pencurian, penting untuk memahami bagaimana data biometrik bisa diretas. Biometric hacking adalah praktik peretasan yang menargetkan data seperti sidik jari, pemindaian wajah, atau retina mata.
Peretasan bisa terjadi saat data ditransmisikan ke server, atau bahkan saat disimpan di dalam sistem. Beberapa metode yang umum digunakan termasuk skimming, yaitu pencurian data menggunakan perangkat tersembunyi yang ditempelkan pada pemindai sidik jari.
Ada pula spoofing, yaitu pemalsuan biometrik dengan sidik jari buatan atau gambar iris palsu untuk mengelabui sistem. Yang terakhir replay attack, yaitu merekam data biometrik saat akses yang sah lalu memutarnya kembali untuk mendapatkan akses ilegal.
Serangan-serangan ini menunjukkan bahwa meskipun biometrik terdengar aman, teknologi ini tetap rentan jika tidak dilindungi dengan benar.
2. Risiko dari pencurian data biometrik
Dibandingkan dengan kata sandi yang bisa diubah sewaktu-waktu, data biometrik seperti sidik jari atau pemindaian iris bersifat permanen. Jika data biometrik jatuh ke tangan yang salah, pelaku bisa menyamar sebagai pemilik data.
Bagi bisnis, risikonya bahkan lebih besar. Kebocoran data biometrik dapat memicu serangkaian kerugian serius, mulai dari pelanggaran data, kerugian finansial akibat tuntutan hukum atau denda hingga kehilangan kekayaan intelektual dan gangguan operasional yang menghambat layanan.
Tak kalah penting, perusahaan juga berisiko menghadapi konsekuensi hukum jika terbukti lalai melindungi data biometrik karyawan atau konsumennya.
3. Tips melindungi data biometric
Meski pencurian data biometrik terdengar mengkhawatirkan, ada berbagai cara untuk meminimalkan risikonya. Salah satu langkah paling efektif adalah menerapkan Multi-Factor Authentication (MFA). Ini merupakan sistem autentikasi berlapis yang menggabungkan pemindaian biometrik dengan metode lain seperti kata sandi atau token fisik.
Dengan MFA, akses menjadi jauh lebih sulit diretas karena pelaku harus melewati lebih dari satu lapis verifikasi.
Selain itu, pembaruan perangkat lunak secara berkala juga penting. Pembaruan ini sering kali mengandung perbaikan keamanan terbaru yang bisa menutup celah yang sebelumnya belum diketahui. Tanpa update, sistem biometrik bisa lebih rentan terhadap serangan.
Terakhir, jangan abaikan faktor manusia. Pelatihan keamanan untuk karyawan harus menjadi bagian dari strategi perlindungan data. Karyawan yang paham risiko dan cara mencegahnya, seperti mengenali perangkat skimming, bisa menjadi garis pertahanan pertama terhadap serangan siber.
Penting bagi individu maupun perusahaan untuk menggabungkan pendekatan teknologi dan edukasi, seperti menerapkan autentikasi berlapis. Perlindungan data biometrik bukan hanya soal menjaga privasi, tapi juga menjaga masa depan digital yang lebih aman bagi semua.