Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi e-commerce
ilustrasi e-commerce (freepik.com/rawpixel.com)

Intinya sih...

  • OpenAI mengembangkan teknologi ACP bersama Stripe untuk ChatGPT sebagai asisten belanja digital yang efisien dan personal.

  • OpenAI memperluas kemitraannya dengan PayPal untuk integrasi sistem pembayaran langsung ke dalam ekosistem ChatGPT.

  • Kemudahan belanja online dengan ChatGPT Atlas dapat membuat situs asli merchant kehilangan trafik dan masih rentan alami kesalahan pembelian produk serta prompt injection.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setelah sukses besar dengan chatbot AI, ChatGPT, OpenAI kini kembali membuat gebrakan dengan meluncurkan ChatGPT Atlas. Browser bertenaga ChatGPT ini digadang-gadang bakal mengubah cara manusia dalam berinteraksi dengan internet. Kalau browser biasa cuma bisa kamu pakai buat mencari informasi, ChatGPT Atlas kini menghadirkan pengalaman baru yang lebih interaktif. AI browser ini bisa kamu perintah, ajak diskusi, hingga menjalankan berbagai tugas langsung dari tab yang kamu buka.

Salah satu fitur ChatGPT Atlas yang paling mencuri perhatian yaitu agent mode. Fitur ini memungkinkan kamu untuk memerintah AI melakukan berbagai aktivitas secara otomatis. Misalnya, kamu bisa menyuruh ChatGPT Atlas buat berbelanja online langsung di dalam browser. Selanjutnya, AI bakal membantumu mencari produk, membandingkan harga, hingga menyiapkan daftar belanja sesuai kebutuhan kamu. Melihat kecanggihannya, apakah ChatGPT Atlas bakal jadi game changer di dunia e-commerce berbasis AI?

1. Sebelumnya, OpenAI telah mengembangkan teknologi ACP bersama Stripe

ilustrasi logo OpenAI (unsplash.com/Andrew Neel)

Sebelumnya, OpenAI telah mengembangkan teknologi Agentic Commerce Protocol (ACP) bersama Stripe, platform layanan pembayaran online terkemuka. Melalui ACP, ChatGPT kini mampu berperan sebagai asisten belanja digital yang bisa kamu perintah buat menemukan, membandingkan harga, hingga melakukan pembelian suatu produk secara otomatis atas nama pengguna. Teknologi ini dirancang supaya proses belanja online jadi lebih efisien dan praktis tanpa harus ribet berpindah antar aplikasi, mulai dari proses mencari rekomendasi sampai pembayaran.

Berkat kemampuannya tersebut, ChatGPT jadi bisa langsung menelusuri katalog dari berbagai merchant yang terhubung dan menampilkan hasil paling relevan sesuai kebutuhanmu. Menariknya lagi, semakin sering kamu menggunakan fitur ini sistem bakal semakin terus belajar buat mengenali preferensimu. Misalnya, seperti merek favorit, kebutuhan rentang harga, hingga style produk yang kamu sukai. Hal ini bikin sistem rekomendasi yang diberikan AI bakal semakin akurat dan lebih personal dari waktu ke waktu.

2. OpenAI kembali meluas kemitraannya dengan PayPal

ilustrasi platform PayPal (unsplash.com/Marques Thomas)

Untuk mendukung ekosistem e-commerce berbasis AI yang sedang dibangun, OpenAI baru-baru ini kembali memperluas kemitraannya dengan PayPal. Seperti yang sudah banyak diketahui, PayPal merupakan salah satu platform pembayaran digital terbesar di dunia yang mendukung transaksi lintas negara. Melalui kerja sama terbaru ini, OpenAI dan PayPal bakal mengintegrasikan sistem pembayaran langsung ke dalam ekosistem ChatGPT melalui teknologi ACP. Integrasi ini diharapkan bisa menghadirkan pengalaman belanja online yang lebih praktis lewat ChatGPT.

Kemitraan ini bakal menghubungkan jaringan merchant global milik PayPal dengan platform OpenAI. Kolaborasi ini tentu saja bakal membuka peluang bagi jutaan pelaku usaha kecil hingga brand besar dunia untuk menjual produk mereka langsung di ChatGPT. ChatGPT bakal jadi platform yang menyediakan fitur Instant Checkout untuk melakukan transaksi belanja online. Sementara PayPal bakal jadi mitra yang berperan sebagai penyedia layanan pembayaran yang aman, baik bagi pembeli maupun penjual.

3. Kemungkinan besar bikin situs asli merchant kehilangan trafik

ilustrasi tampilan halaman Amazon (unsplash.com/Marques Thomas)

Kemudahan belanja online yang ditawarkan ChatGPT Atlas ini tampaknya menimbulkan kekhawatiran bagi para pelaku bisnis. Teknologi yang dirancang buat menyederhanakan pengalaman belanja ini justru kemungkinan besar bakal menghapus peran langsung situs merchant. Menurut analis e-commerce Hay, situs asli penjual bisa saja malah kehilangan kesempatan buat melakukan upselling, cross-selling, maupun mengumpulkan data pelanggan karena seluruh proses transaksi terjadi di dalam ekosistem ChatGPT.

Akibatnya, banyak perusahaan ritel di dunia kini dihadapkan pada dilema. Kalau mereka gak bergabung dengan sistem agentic commerce yang dikembangkan OpenAI, mereka bisa kehilangan trafik dan pelanggan karena pengguna cenderung lebih memilih berbelanja langsung lewat ChatGPT. Bahkan, perusahaan besar seperti Walmart sudah lebih dahulu bergabung dalam sistem ini. Sementara itu, di sisi lain Amazon masih dengan pendiriannya menolak integrasi ACP karena merasa basis pelanggannya masih cukup kuat.

4. Teknologi AI masih rentan alami kesalahan pembelian produk

ilustrasi orang belanja online (pexels.com/PhotoMIX Company)

Sebagai agen AI yang masih tergolong baru, ChatGPT Atlas masih rentan alami kesalahan saat berbelanja. Misalnya, AI bisa saja salah membaca kode produk yang mirip dan kurang menyadari perbedaan spesifikasinya. Selain itu, AI juga berpotensi keliru menafsirkan keterangan jumlah isi paket suatu produk. Dalam beberapa kasus, AI bisa saja malah menampilkan produk refurbished atau dari penjual pihak ketiga yang gak resmi sebagai pilihan teratas. Padahal, produk seperti ini tentu saja punya ketentuan garansi yang berbeda.

Proses checkout yang kompleks juga bisa menjadi tantangan tersendiri. AI harus bisa memahami banyak detail di sutau halaman pembelian. Mulai tawaran langganan otomatis, biaya tambahan, hingga batasan pengiriman antarnegara. Bahkan, kesalahan teknis kecil dalam pengelolaan cookies atau sesi pengguna yang gak stabil juga bisa menyebabkan perubahan isi keranjang dan kode promo yang mau diterapkan saat checkout.

5. Agen AI rawan alami prompt injection

ilustrasi serangan siber (freepik.com/rawpixel.com)

Masalah yang paling dikhawatirkan dari hadirnya agentic commerce yaitu prompt injection. Kondisi ini terjadi ketika perilaku agen AI dipengaruhi oleh instruksi tersembunyi yang disisipkan dalam sebuah halaman web, gambar, maupun ulasan. Penyerang bisa memanfaatkan celah ini buat memengaruhi keputusan belanja AI. Misalnya dengan mengarahkan AI supaya mau mencuri data sensitif dan informasi pribadi pengguna. Apalagi, model LLM seperti ChatGPT memang masih rentan terhadap serangan semacam ini karena belum bisa membedakan konten biasa dan perintah berbahaya.

Menanggapi risiko ini, OpenAI menyatakan kalau sedang mengembangkan berbagai langkah perlindungan dan sistem keamanan bawaan mereka. Salah satunya yaitu melalui penguatan proses verifikasi sebelum agen AI melakukan tindakan sensitif, seperti melakukan pembelian atau mengakses data pribadi. Selain itu, OpenAI juga tengah memperketat izin terhadap sumber data penting dan menerapkan pembatasan berbasis domain supaya agen AI cuma bisa beroperasi di situs yang aman.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya bisa diketahui kalau ChatGPT Atlas berpotensi bakal jadi game changer dalam dunia e-commerce AI. Hal ini terlihat dari usaha OpenAI yang terus melakukan ekspansi kemitraannya untuk memperkuat sistem agentic commerce mereka. Meski begitu, tetap saja sistem e-commerce seperti ini masih memiliki beberapa kekurangan. Di antaranya yaitu masih rentan alami kesalahan dalam pembelian produk dan risiko prompt injection. Menarik untuk ditunggu, apakah dalam beberapa tahun ke depan agentic commerce benar-benar bakal jadi tren baru di dunia digital?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team