Ada banyak kasus kebocoran data di tahun ini yang menimpa perusahaan besar seperti Google dan TransUnion. Kebocoran semacam itu bukanlah karena sistem utama diretas, melainkan lewat celah kecil yang berhasil disusupi. Tidak ada sistem yang bisa sepenuhnya kebal, tapi keamanannya bisa ditingkatkan dengan menerapkan kebiasaan sederhana namun konsisten dilakukan, sehingga data-data penting jadi lebih sulit dicuri oleh hacker. Berikut ulasan lebih lengkapnya.
7 Kebiasaan Sederhana untuk Cegah Hacker Mencuri Data Penting

Intinya sih...
Gunakan password manager dan aktifkan autentikasi dua faktor untuk melindungi akun dari credential stuffing.
Latih diri agar lebih mudah mengetahui phishing dengan mengenali tanda-tanda email atau pesan mencurigakan.
Browsing dan klik link di internet dengan lebih hati-hati, perketat keamanan koneksi Wi-Fi, kontrol jejak kaki digital, backup data penting, dan hanya beri aplikasi akses yang dibutuhkan.
1. Gunakan password manager dan aktifkan autentikasi dua faktor
Data menunjukkan lebih dari 80% kasus kebocoran data terjadi karena password yang lemah, dicuri atau digunakan kembali. Hacker biasanya menggunakan teknik bernama credential stuffing yaitu mencoba kombinasi username dan password yang telah dibobol dan mencobanya di berbagai situs sampai ada yang cocok. Untuk itu, gunakan password manager yang bisa membantu membuat password acak, menyimpannya dengan aman dan otomatis mengisinya ketika login. Untuk lapisan keamanan tambahan, aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) karena meski password ketahuan hacker, akun dan data penting didalamnya akan tetap aman.
2. Latih diri agar lebih mudah mengetahui phishing
Salah satu cara yang sering hacker gunakan untuk mencuri data penting korbannya adalah lewat phishing. Modusnya selalu sama yaitu membuat korban panik dengan ancaman akun diblokir, aktivitas mencurigakan atau denda yang harus segera dibayar. Untungnya, tanda-tanda phishing bisa dikenali dengan mudah seperti tata bahasa atau ejaan yang janggal, alamat email aneh seperti support@micros0ft, link mencurigakan dan lampiran misterius yang biasanya berisi malware. Kuncinya, jangan tergesa-gesa ketika menerima email atau pesan mencurigakan dan selalu periksa ulang link didalamnya atau alamat email pengirimnya.
3. Browsing dan klik link di internet dengan lebih hati-hati
Browser merupakan jendela utama untuk mengakses internet dan karenanya, pengguna harus lebih berhati-hati. Selalu periksa ikon gembok dan awalan "https://" karena itu tanda koneksi terenkripsi, terutama ketika terhubung ke Wi-Fi publik. Disamping itu, hati-hati dengan pop-up mencurigakan atau file yang tiba-tiba terunduh sendiri, karena kebanyakan merupakan malware. Waspadai juga link yang menggunakan layanan penyingkat URL seperti Bitly atau TinyURL, karena bisa menyembunyikan situs berbahaya. Jika ragu, gunakan layanan pengecek link untuk melihat link aslinya sebelum mengklik.
4. Perketat keamanan koneksi Wi-Fi dirumah
Menggunakan Wi-Fi publik di kafe, bandara atau hotel memang berisiko karena jaringan semacam itu biasanya terbuka dan kurang aman. Cara terbaik untuk melindungi diri adalah dengan memakai VPN yang mengenkripsi aktivitas internet sehingga orang lain di jaringan yang sama tidak bisa mengintip data pengguna. Perlindungan serupa tidak hanya penting di luar rumah tapi juga di dalam rumah. Wi-Fi pribadi di rumah juga harus diperketat keamanannya, misalnya dengan mengganti password Wi-Fi dan akun administrator router, karena username dan password default seperti “admin” dan “password” sangat mudah dibobol.
5. Kontrol jejak kaki digital
Hacker bisa memanfaatkan detail kecil yang pengguna bagikan di media sosial, mulai dari nama hewan peliharaan hingga kota asal, karena keduanya sering menjadi jawaban dari pertanyaan keamanan untuk mengakses akun tanpa password. Informasi seperti lokasi favorit atau unggahan liburan juga bisa membuat hacker tahu rutinitas pengguna dan kondisi rumah ketika sedang kosong. Karenanya, perlakukan data pribadi layaknya aset berharga dengan menjaga pengaturan privasi akun, batasi siapa yang bisa melihat profil akun dan biasakan untuk tidak langsung mengunggah foto liburan saat itu juga.
6. Backup data penting sebagai tindakan preventif
Backup bisa diibaratkan seperti asuransi alias jadi andalan utama ketika terkena hal-hal yang tidak diinginkan seperti ransomware, perangkat rusak, hilang atau dicuri. Dengan terus melakukan backup data-data penting, pengguna bisa langsung memulihkannya tanpa perlu khawatir ketika diminta tebusan oleh hacker misalnya. Agar lebih praktis, aktifkan backup otomatis seperti iCloud Backup di iPhone atau iPad, Google Drive/Google One di Android, Time Machine di macOS dan File History di Windows. Dengan begitu, pengguna tidak perlu repot-repot melakukan backup manual.
7. Hanya beri aplikasi akses yang dibutuhkan
Setiap aplikasi biasanya meminta izin akses data atau fitur dari sebuah perangkat seperti kontak, lokasi, kamera dan mikrofon. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, berikan akses seminimal mungkin dan sesuai kebutuhan. Misalnya, beri aplikasi peta izin akses lokasi hanya ketika digunakan atau beri aplikasi editing foto izin akses ke galeri saja. Terlalu banyak memberi izin bisa membuat data penting pengguna terancam, apalagi karena sebagian aplikasi mengumpulkan data untuk iklan. Jika ada yang disusupi malware, akses berlebih seperti ke mikrofon juga bisa dimanfaatkan untuk mendengarkan percakapan pribadi.
Itulah tadi ulasan mengenai kebiasaan sederhana yang bisa diterapkan untuk cegah hacker mencuri data penting. Semoga ulasan di atas bisa membantumu lebih berhati-hati dalam menjaga data penting.