Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Alasan Mengapa Hacker Suka Mencuri Data Pribadi

ilustrasi hacker (pexels.com/Sora Shinazaki)
Intinya sih...
  • Hacker mencuri data demi keuntungan finansial, seperti nomor kartu kredit dan rekening bank.
  • Dengan informasi yang cukup, hacker bisa berpura-pura menjadi korban dan membuka rekening baru atau mengajukan pinjaman.
  • Username dan password yang bocor memungkinkan hacker untuk mengambil informasi pembayaran dan melakukan transaksi ilegal.

Di era digital seperti sekarang, data pribadi sudah seperti tambang emas. Bukan hanya perusahaan besar yang mengincarnya, tapi juga para hacker. Mereka tak henti-hentinya mencari celah demi keuntungan nyata yang bisa berdampak besar bagi korbannya. Dari pencurian uang hingga manipulasi identitas, ada banyak alasan di balik aksi mereka.

Fakta yang sering bikin kaget adalah: kita semua berpotensi jadi target. Bukan hanya artis atau pejabat tinggi, tapi seluruh lapisan masyarakat berpotensi jadi target pencurian data. Yuk, kita kupas satu per satu alasan utama kenapa hacker begitu senang memburu data pribadimu.

1. Demi uang

ilustrasi uang (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Uang adalah alasan paling klasik dan umum dari pencurian data. Informasi seperti nomor kartu kredit, rekening bank, atau identitas pribadi bisa digunakan langsung untuk mencuri uang atau belanja ilegal. Selain itu, data tersebut juga bisa dijual di pasar gelap alias dark web. Di sana, banyak penjahat siber siap membeli untuk melakukan berbagai aksi penipuan, dari membajak akun hingga memeras korban. Karena potensi keuntungannya besar, motivasi finansial jadi pemicu utama serangan siber.

2. Pencurian identitas

ilustrasi hacker (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi hacker (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dengan informasi yang cukup, hacker bisa berpura-pura menjadi kamu lalu membuka rekening baru, mengajukan pinjaman, bahkan lapor pajak palsu. Akibatnya bisa serius: skor kredit rusak, utang muncul tiba-tiba, dan proses pemulihan identitas bisa makan waktu bertahun-tahun. Lebih parah lagi, kamu bisa disalahkan atas tindakan kriminal atau utang yang sama sekali bukan ulahmu.

3. Pembajakan akun

ilustrasi hacker (unsplash.com/Mika Baumeister)

Username dan password yang bocor itu seperti tambang emas untuk hacker. Begitu mereka masuk ke akun email, media sosial, atau e-commerce milikmu, mereka bisa mengunci akses, mengambil informasi pembayaran, dan melakukan transaksi ilegal. Parahnya lagi, mereka bisa berpura-pura menjadi kamu lalu menipu teman atau keluarga.

4. Phishing dan pemerasan

ilustrasi hacker (pexels.com/Sora Shinazaki)

Data pribadi membuat email atau pesan penipuan (phishing) jadi lebih meyakinkan. Misalnya, mereka bisa kirim pesan seolah-olah dari bankmu atau toko tempat kamu baru saja belanja. Tujuannya agar kamu mengklik link jahat atau memberikan mereka informasi sensitif. Dalam beberapa kasus, hacker bahkan memeras korban dengan ancaman menyebarkan data pribadi yang mereka curi.

5. Dijual ke pihak lain

Ilustrasi Hacker Peretas (pixels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi hacker (pixels.com/Tima Miroshnichenko)

Tidak semua hacker menggunakan sendiri data yang mereka curi. Banyak yang bertindak sebagai "supplier", menjual data dalam jumlah besar ke pelaku kriminal lain di dark web. Pembeli ini bisa menggunakan data curian untuk berbagai aksi ilegal, dari penipuan hingga penargetan scam secara spesifik. Volume perdagangan data yang besar membuat kejahatan ini jadi bisnis yang sangat menguntungkan.

6. Mata-mata bisnis dan serangan ke perusahaan

ilustrasi hacker (Unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi hacker (Unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Data pribadi juga bisa jadi pintu masuk ke dunia kerja atau perusahaan. Hacker bisa menyamar sebagai karyawan atau mitra kerja, mengelabui staf agar memberikan akses ke data penting perusahaan yang dikenal spear phishing. Mereka juga bisa mencuri rahasia dagang untuk dijual ke pesaing. Dalam skala besar, ini disebut spionase korporat.

7. Motif politik atau sosial

ilustrasi hacker (unsplash.com/Kasia Derenda)
ilustrasi hacker (unsplash.com/Kasia Derenda)

Tidak semua hacker mencari uang. Ada juga yang digerakkan oleh ideologi atau misi politik. Misalnya, aktor negara mencuri data demi kepentingan intelijen, memengaruhi pemilu, atau mengacaukan situasi politik suatu negara. Ada juga “hacktivist” yang menyerang target tertentu untuk membongkar kejahatan atau menyuarakan isu sosial.

Siapa pun bisa jadi korban kejahatan siber. Para hacker menyasar siapa saja yang punya celah keamanan, entah itu masyarakat sipil maupun pejabat. Motifnya beragam, mulai dari mencari uang hingga menjalankan misi politik. Oleh karena itu, penting untuk menjaga data pribadimu. Gunakan password yang kuat, update perangkat lunak secara rutin, dan hati-hati saat klik link atau mengisi formulir online.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us