WhatsApp meluncurkan 3 fitur baru yaitu iklan di status WA, promosi saluran WA, dan langganan saluran (about.fb.com)
Pengumuman resmi mengenai kehadiran iklan di WhatsApp menimbulkan berbagai tanggapan, khususnya dari para pengguna lama yang telah menggunakan aplikasi ini sejak masa awal peluncurannya. Bagi sebagian dari mereka, langkah ini terasa sebagai bentuk pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip awal yang dipegang oleh pendirinya, Jan Koum dan Brian Acton, yang sejak awal menolak keberadaan iklan demi menjaga kesederhanaan dan privasi dalam komunikasi. Ketika Meta mulai menjajaki model monetisasi berbasis iklan, Brian Acton secara terbuka menyatakan bahwa keputusan tersebut melanggar kesepahaman antara WhatsApp dan penggunanya.
Dalam wawancaranya bersama Forbes pada 2019, Acton menyampaikan ketidaksukaannya terhadap iklan bertarget yang menurutnya merusak kepercayaan pengguna. Sebagai alternatif, ia sempat mengusulkan skema berbayar yang lebih etis, yaitu mengenakan biaya pada pengguna setelah melewati batas pengiriman pesan tertentu. Namun, usulan tersebut ditolak Sheryl Sandberg, COO Meta saat itu, karena dianggap tidak efisien dalam skala besar.
Acton menanggapi penolakan itu melalui pernyataan yang cukup tajam. Ia menilai alasan sebenarnya bukan soal kelayakan ide, melainkan karena skema tersebut dianggap kurang menguntungkan dibandingkan iklan. “Saya menegurnya waktu itu,” kata Acton, mengutip wawancaranya dalam Fortune (17 Juni 2025). “Saya bilang, ‘Bukan berarti ini tak bisa dikembangkan, tapi kalian pikir ini tak akan menghasilkan uang sebesar itu,’ dan dia tampak mengelak. Saya rasa saya sudah menyampaikan maksud saya.” Ia menambahkan bahwa para petinggi Meta adalah pebisnis ulung meski membawa prinsip dan etika yang tidak sepenuhnya sejalan dengan dirinya.
Sementara itu, pihak Meta mencoba meredakan kekhawatiran publik melalui pernyataan resmi kepada Fortune. Seorang juru bicara perusahaan menyebut bahwa rencana penayangan iklan sudah lama dibahas dan fitur tersebut tidak akan mengganggu aktivitas utama pengguna dalam berkirim pesan. “Kami rasa ini mencerminkan bagaimana orang ingin menggunakan WhatsApp, dan jika Anda hanya menggunakan aplikasi ini untuk mengirim pesan pribadi ke teman dan keluarga, maka tak akan ada yang berubah,” ungkap perwakilan Meta seperti dikutip dari Fortune, 17 Juni 2025. Namun demikian, bagi sebagian pengguna lama, kehadiran iklan tetap dianggap sebagai tanda berubahnya nilai-nilai inti WhatsApp yang dahulu menjunjung tinggi perlindungan privasi.
Pada akhirnya, keputusan Meta untuk menayangkan iklan di WhatsApp bukan hanya soal penambahan fitur baru semata, melainkan juga simbol dari arah baru yang tengah ditempuh. Seperti pepatah lama, tiap zaman ada tokohnya dan tiap tokoh punya zamannya, WhatsApp telah bertransformasi dari ruang komunikasi privat yang dibangun berdasarkan idealisme tinggi. Aplikasi ini kini menjadi bagian dari strategi bisnis besar yang menempatkan kepentingan komersial di garis depan.