Ilustrasi satelit internet milik Starlink (cybersecforum.eu)
Wamen Nezar menjelaskan bahwa mereka akan mengarahkan Starlink untuk melayani daerah 3T. Untuk saat ini, pemerintah akan memonitor efektivitas Starlink yang baru beroperasi resmi di Indonesia, bagaimana dia bisa membantu konektivitas di daerah 3T.
Dia menjelaskan bahwa ini hanya rekomendasi. Masyarakat di luar 3T masih boleh menggunakan Starlink.
"Tapi namanya satelit, di atas, itu kan semua orang bisa menggunakan, bisa beli alatnya. Misal pakai pas lagi mancing di tengah laut, gak ada sinyal. Tergantung orang per orang," kata Nezar.
"Jadi gak ada anak emas buat Starlink, dia bisa saja menjangkau ke mana-mana karena kan fomatnya satelit. Dia di atas, bisa jangkau daerah 3T, sekaligus yang bukan 3T," jelasnya.
Meski begitu, Wamen Nezar mengingatkan landscape telekomunikasi di Indonesia ada banyak, termasuk fiber optik, base transceiver station (BTS), satelit dan lain-lain.
Masing-masing dari mereka punya kelebihan dan kelemahan. Misalnya, masyarakat yang ingin internet lebih cepat, fiber optik masih bisa unggul. Tapi jika ingin mendapat akses meski ada di daerah terpencil, termasuk saat di tengah laut, bisa menggunakan teknologi satelit.
Sementara untuk harga, pemerintah tidak akan mengaturnya. Mereka hanya akan melihat benefit untuk negara, misal dengan hitungan untuk pajak.