Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pengguna mencari informasi lewat ChatGPT
ilustrasi pengguna mencari informasi lewat ChatGPT (pexels.com/Matheus Bertelli)

Intinya sih...

  • Kesamaan hasil pencarian AI dan Google kurang dari 50 PersenDalam studi tersebut, para peneliti membandingkan hasil pencarian organik Google dengan jawaban yang dihasilkan oleh model bahasa besar (LLM) seperti Gemini dan GPT-4o.

  • AI cenderung gunakan sumber niche dari situs kurang populerElisabeth Kirsten, penulis utama studi ini, menjelaskan bahwa sistem AI memiliki tingkat ketergantungan yang berbeda terhadap pengetahuan internal model dan informasi dari web eksternal.

  • Peluang baru bagi situs kecilEra Answer Engine Optimization (AEO) kini mulai muncul, yaitu strategi agar konten lebih mudah “dibaca” dan diambil oleh mesin AI saat memberikan jawaban langsung kepada pengguna

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini mulai mengubah cara kita mencari informasi di internet. Sebuah studi terbaru mengungkap temuan menarik sekaligus mengkhawatirkan tentang cara kerja mesin pencari berbasis AI. Teknologi ini ternyata lebih sering mengambil sumber dari situs yang kurang populer, bahkan dari halaman yang tidak muncul di 100 hasil teratas pencarian Google.

Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Ruhr University Bochum dan Max Planck Institute for Software Systems melalui studi berjudul “Characterizing Web Search in the Age of Generative AI.” Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa sistem pencarian berbasis AI, seperti Google AI Overviews, Gemini-2.5-Flash, dan GPT-4o, memiliki pola pengambilan informasi yang berbeda dari mesin pencari tradisional. Perbedaan ini terlihat dari cara AI memilih dan menampilkan sumber yang tidak selalu sama dengan hasil yang ditampilkan oleh Google Search.

1. Kesamaan hasil pencarian AI dan Google kurang dari 50 Persen

ilustrasi mesin pencarian AI ChatGPT (unsplash.com/Levart_Photographer)

Dalam studi tersebut, para peneliti membandingkan hasil pencarian organik Google dengan jawaban yang dihasilkan oleh model bahasa besar (LLM) seperti Gemini dan GPT-4o. Mereka menguji berbagai jenis pertanyaan, mulai dari kueri faktual, politik, hingga rekomendasi produk. Hasilnya cukup mencolok. Sebagian besar domain yang dikutip oleh mesin pencari AI tidak muncul di antara 10 hasil teratas Google, bahkan banyak di antaranya berada di luar 1.000 situs terpopuler dalam indeks popularitas domain global Tranco.

Tingkat tumpang tindih antara hasil pencarian Google dan mesin AI juga terbilang rendah, di bawah 50 persen untuk semua kategori, dan bahkan di bawah 30 persen untuk kueri terkait produk. Artinya, lebih dari separuh sumber informasi yang digunakan AI berbeda dari yang biasanya muncul di pencarian tradisional. Temuan ini pun menimbulkan pertanyaan besar tentang kredibilitas dan kualitas sumber yang dijadikan acuan oleh sistem AI dalam menyajikan informasi kepada pengguna.

2. AI cenderung gunakan sumber niche dari situs kurang populer

ilustrasi hasil pencarian di Google (freepik.com/rawpixel.com)

Elisabeth Kirsten, penulis utama studi ini, menjelaskan bahwa sistem AI memiliki tingkat ketergantungan yang berbeda terhadap pengetahuan internal model dan informasi dari web eksternal. Hal inilah yang menyebabkan mesin pencari AI sering menampilkan sumber dari situs-situs yang lebih tersembunyi atau kurang populer. Akibatnya, hasil pencarian yang dihasilkan AI bisa terasa lebih beragam, tetapi tidak selalu berasal dari sumber yang paling tepercaya.

“AI generatif memperluas kumpulan sumbernya sambil mengompresi cara penyajiannya. Mereka mengambil data dari situs niche atau situs dengan lalu lintas rendah, bukan hanya dari halaman berotoritas tinggi yang biasanya mendominasi pencarian tradisional,” jelas Kirsten, dikutip dari Ars Technica, Senin (10/11/2025). Ia mengungkapkan bahwa AI tidak hanya mengandalkan informasi dari situs besar dan populer, tetapi juga dari sumber-sumber kecil yang relevan dan mudah dipahami oleh mesin. Pendekatan ini membuat hasil pencarian AI terasa lebih beragam, meski tetap menyisakan risiko terkait akurasi dan kredibilitas informasi.

3. Peluang baru bagi situs kecil

ilustrasi konsep SEO Google (freepik.com/rawpixel.com)

Bagi para profesional SEO dan pembuat konten, temuan ini bisa menjadi peluang baru. Era Answer Engine Optimization (AEO) kini mulai muncul, yaitu strategi agar konten lebih mudah “dibaca” dan diambil oleh mesin AI saat memberikan jawaban langsung kepada pengguna. Pendekatan ini membuka kesempatan bagi situs kecil untuk bersaing di ruang digital yang sebelumnya didominasi oleh situs besar.

Untuk bersaing, situs web kini tidak cukup hanya fokus pada posisi di halaman pertama Google. Konten juga harus terstruktur dengan baik, faktual, kredibel, dan dilengkapi data pendukung. Elemen seperti metadata yang akurat serta penggunaan structured data menjadi penting agar informasi mudah dikenali oleh model AI. Melalui strategi ini, situs kecil yang memiliki informasi valid dan terformat rapi bisa mendapat visibilitas lebih besar, meski tidak selalu berada di peringkat atas pencarian Google.

Karena AI sering mengutip dari situs dengan otoritas rendah, muncul kekhawatiran bahwa jawaban yang diberikan bisa bersumber dari konten usang atau berkualitas rendah. Kondisi ini dikenal dengan istilah “Slop on Top”, yang menggambarkan bagaimana mesin AI dapat menyajikan informasi campuran dari berbagai sumber tanpa selalu memverifikasi keakuratannya. Namun, para peneliti menegaskan bahwa temuan mereka tidak dimaksudkan untuk menilai apakah pencarian AI lebih baik atau lebih buruk dari Google Search, melainkan untuk menunjukkan bahwa keduanya bekerja dengan cara yang berbeda. Meski begitu, pengguna tetap perlu waspada dan tidak serta-merta mempercayai semua hasil yang muncul dari mesin pencari berbasis AI.

Studi ini menjadi pengingat bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) terus berkembang. Karena itu, pengguna perlu memahami cara kerjanya agar tidak salah dalam menyerap informasi dan lebih kritis menilai hasil pencarian, tanpa bergantung pada satu sumber.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team