Banjir yang melanda tiga provinsi di Sumatra yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada 25 November 2025 menjadi pukulan berat menjelang penghujung tahun. Curah hujan yang tinggi dan terus-menerus selama beberapa hari membuat sungai-sungai meluap dan beberapa lereng perbukitan mengalami longsor. Hingga saat ini, bencana banjir dan longsor tersebut belum ditetapkan sebagai bencana nasional. Padahal, ratusan desa terdampak, infrastruktur vital terputus, dan bencana ini telah menelan banyak korban jiwa. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 30 November 2025 yang dikutip IDN Times, Selasa (2/12/2025), tercatat 604 orang meninggal dunia.
Cuaca ekstrem yang dipicu oleh siklus tropis Senyar menjadi penyebab awal bencana ini. Namun, siapa sangka jika fenomena hidrometeorologi ini merupakan pola berulang yang kian meningkat signifikan selama 16 tahun terakhir. Perpaduan faktor alam dan aktivitas manusia jelas berperan dalam mengakumulasi risiko yang ada. Di sinilah peran Artificial Intelligence (AI) menjadi krusial sebagai alat untuk memperkuat sistem mitigasi bencana. Kemampuannya mengolah data dari berbagai sumber, seperti catatan banjir historis, kondisi topografi, dan citra satelit memungkinkan identifikasi risiko lebih tepat dan respons lebih cepat dibanding metode konvensional. Lalu, sejauh mana AI berperan dalam memitigasi penanggulangan banjir di Sumatra? Simak perspektif selengkapnya berikut!
