Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
logo Perplexity (dok. Perplexity)
logo Perplexity (dok. Perplexity)

Tidak mau kalah dengan Google dan OpenAI, Perplexity rilis Deep Research versinya. Teknologi ini mampu melakukan riset mendalam secara otomatis dalam hitungan menit dengan bantuan kecerdasan buatan (AI). Tugas semacam ini biasanya bisa memakan waktu berjam-jam jika dikerjakan secara manual. Sebelumnya, Google pada Desember 2024 dan OpenAI di awal Februari 2025 telah merilis fitur yang mirip dengan nama serupa.

CEO Perplexity, Aravind Srinivas berpandangan bahwa alat seperti ini seharusnya bisa diakses semua orang. Ia mengkritik model langganan mahal yang hanya menguntungkan perusahaan besar. Oleh karena itu, Perplexity juga meluncurkan fitur Deep Research-nya untuk pengguna gratis, meski dengan batasan jumlah penggunaan. Apa yang membuat fitur Deep Research dari Perplexity ini spesial? Yuk, baca artikel ini!

1. Deep Research mampu melakukan riset mendalam dan menghemat banyak waktu

Deep Research menghadirkan teknologi riset AI yang revolusioner. Sistem ini mampu melakukan puluhan pencarian dan menganalisis ratusan sumber secara bersamaan. Proses analisis berlangsung secara iteratif, artinya AI yang bekerja akan terus memperbaiki pemahaman dan menyesuaikan arah risetnya berdasarkan informasi yang ditemukan.

Melansir situs resmi Perplexity, proses riset Deep Research berlangsung sekitar 2-4 menit. Sebagai perbandingan, fitur Deep Research dari OpenAI membutuhkan waktu 5 hingga 30 menit untuk tugas serupa. Kecepatan ini membuat Deep Research sangat efisien bagi pengguna yang membutuhkan hasil riset cepat dan akurat.

Deep Research dirancang khusus untuk menangani berbagai tugas tingkat ahli. Fitur ini bisa melakukan analisis keuangan, riset pasar, riset produk, hingga menghasilkan dokumentasi teknis. Hasil riset bisa langsung diekspor dalam format PDF atau dibagikan sebagai Perplexity Page kepada rekan kerja.

Cara kerja Deep Research sangat sederhana. Pengguna cukup memilih mode "Deep Research" dari menu dropdown sebelum mengetik pertanyaan atau tugas yang ingin diriset. Sistem akan secara otomatis memulai proses riset dan menghasilkan laporan komprehensif. Deep Research mampu memahami konteks dan menyesuaikan pencariannya sesuai kebutuhan pengguna.

Kamu bisa memberikan perintah spesifik seperti "Buatkan kronologi lengkap Perang Napoleon dari 1803-1815, termasuk semua pertempuran penting dan strategi militernya". Contoh lain, kamu bisa meminta Deep Research melakukan "analisis tren penjualan bubble tea di Indonesia pada 2020-2024 dan prediksi pertumbuhannya". Namun, mengingat AI masih rentan halusinasi, pastikan untuk selau mengecek hasilnya ya!

2. Deep Research dari Perplexity jauh lebih terjangkau dibandingkan layanan serupa oleh OpenAI

Deep Research menunjukkan performa mengagumkan dalam berbagai pengujian. Fitur ini meraih skor 21,1 persen pada Humanity's Last Exam, sebuah tes komprehensif yang mencakup lebih dari 3.000 pertanyaan dari 100 lebih bidang ilmu. Skor ini mengalahkan model-model ternama seperti Gemini Thinking (6,2 persen), Grok-2 (3,8 persen), dan GPT-4o (3,3 persen), dilansir Tech Crunch.

Deep Research dari Perplexity juga mencatatkan akurasi 93,9 persen pada benchmark SimpleQA. Benchmark ini berisi ribuan pertanyaan yang menguji kemampuan sistem AI dalam memberikan jawaban faktual. Performa ini melampaui banyak model AI terkemuka lainnya.

Perplexity menawarkan harga yang sangat terjangkau untuk fitur Deep Research-nya. Pengguna biasa mendapatkan lima kueri gratis setiap hari. Pengguna Pro bisa mendapatkan hingga 500 kueri per hari hanya dengan berlangganan seharga 20 dolar AS (sekitar Rp300 ribuan) per bulan.

Harga ini jauh lebih murah dibandingkan OpenAI. Fitur Deep Research dari OpenAI saat ini masih hanya dapat diakses pengguna ChatGPT Pro dengan biaya langganan 200 dolar AS (sekitar Rp3,2 juta) per bulan. Lebih parahnya, pengguna ChatGPT Pro hanya bisa melakukan 100 tugas atau kueri Deep Research dalam sebulan. Perbedaan harga yang sangat besar ini membuat biaya langganan Perplexity terasa semakin worth it!

3. Kelemahan Deep Research dari Perplexity

contoh laporan analisis sederhana yang dihasilkan fitur Deep Research Perplexity. (dok. pribadi/Leo Manik)

Saat ini Deep Research baru tersedia di platform web. Perplexity berencana menghadirkan fitur ini ke platform iOS, Android, dan Mac dalam waktu dekat. The Economist menyoroti beberapa kelemahan sistem semacam deep research ini. Salah satunya, sistem ini masih bergantung pada sumber-sumber yang mudah ditemukan di internet. Selain itu, fitur semacam ini cenderung kurang kreatif dalam menginterpretasi data yang ditemukan. Oleh karena itu, sentuhan manusia masih sangat dibutuhkan. 

Perplexity merupakan pemain yang patut diperhitungkan dalam industri AI. Perusahaan ini didirikan pada 2022 oleh Aravind Srinivas, mantan peneliti OpenAI. Perjalanan Perplexity berkembang pesat sejak saat itu. Melansir Tom's Guide, Perplexity baru saja mendapatkan pendanaan sebesar 500 juta dolar AS (sekitar Rp8,1 triliun) pada Desember 2024. Pendanaan ini mengangkat valuasi perusahaan ke angka 9 miliar dolar AS (sekitar Rp145 triliun).

Melalui Perplexity rilis Deep Research, perusahaan tersebut menunjukkan keseriusannya untuk mendemokratisasi AI ke khalayak luas. Persaingan semacam ini akan terus memaksa kompetitor untuk semakin menekan harga sembari meningkatkan kualitas produknya juga. Kedepannya, semoga teknologi semacam Deep Research ini akan semakin andal dan murah sehingga dampaknya bisa dirasakan lebih banyak orang. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorLeo Manik