Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bekerja menggunakan laptop
ilustrasi bekerja menggunakan laptop (freepik.com/pressfoto)

Intinya sih...

  • Rule-based chatbot adalah sistem percakapan otomatis berdasarkan aturan tertentu, efektif untuk customer service dan FAQ.

  • Cara kerja chatbot melalui decision tree, dengan respons yang terstruktur dan mudah diprediksi.

  • Kelebihan chatbot termasuk kecepatan implementasi dan biaya rendah, namun keterbatasannya pada konteks kalimat dan emosi pengguna.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu mungkin pernah chat dengan seller e-commerce yang langsung menjawab cepat saat menanyakan stok barang. Responsnya terasa otomatis tapi tetap nyambung, bukan? Nah, itu biasanya kerja rule-based chatbot, sebuah program yang dirancang untuk menjawab pertanyaan lewat aturan tertentu. Teknologi ini sering jadi garda depan layanan pelanggan digital, terutama untuk menjawab pertanyaan sederhana yang berulang.

Rule-based chatbot membantu bisnis menghemat waktu dan tenaga, pasalnya mereka bisa merespons ribuan chat tanpa istirahat. Buat pengguna, interaksi terasa praktis karena mendapat jawaban instan tanpa perlu menunggu admin. Selain itu, ia juga bisa memandu pelanggan ke langkah berikutnya, seperti memilih produk, cek ongkos kirim (ongkir), hingga menyelesaikan transaksi.

1. Kenali apa itu rule-based chatbot dan kenapa banyak digunakan

ilustrasi rule-based chatbot (unsplash.com/Shoper)

Rule-based chatbot adalah sistem percakapan otomatis yang menjawab pesan pengguna berdasarkan aturan atau pola tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jadi, ia tidak belajar dari data seperti AI, melainkan hanya menjalankan skrip percakapan yang dibuat pengembangnya. Misalnya, kalau pengguna mengetik "jam buka toko", chatbot langsung mengenali kata kunci jam buka dan memberi respons yang sudah disiapkan.

Model seperti ini terbilang klasik, tapi jangan salah, efektivitasnya tinggi untuk kebutuhan yang terstruktur. Banyak perusahaan memakai rule-based chatbot untuk urusan customer service, pemesanan, hingga FAQ karena sistemnya stabil dan mudah diprediksi. Alhasil, pengguna bisa mendapatkan jawaban cepat tanpa harus menunggu respon dari manusia.

2. Cara kerja rule-based chatbot dalam bisnis modern

ilustrasi rule-based chatbot (unsplash.com/Shoper)

Di balik percakapan yang tampak sederhana, rule-based chatbot bekerja lewat pohon keputusan (decision tree). Setiap pesan pengguna dicocokkan dengan daftar kata kunci, lalu diarahkan ke jawaban atau pertanyaan berikutnya. Semua jalur percakapan ini sudah diprogram secara manual, sehingga alurnya bisa dikontrol sepenuhnya.

Bayangkan kamu chat ke seller e-commerce dan mengetik "Barang saya belum dikirim". Chatbot bisa langsung membalas, "Mohon tunggu, apakah kamu sudah menerima nomor resi?" Lalu pengguna memilih "Belum" atau "Sudah". Dari pilihan itu, sistem akan menampilkan langkah berikutnya, seperti "Kami akan kirim notifikasi begitu barang dikirim". Contoh ini menunjukkan betapa terstrukturnya percakapan rule-based.

3. Kelebihan dan keterbatasan yang perlu kamu tahu

ilustrasi menggunakan laptop (unsplash.com/Swello)

Kelebihan rule-based chatbot ada pada kecepatan implementasi dan biaya yang rendah. Karena gak perlu data training, sistem ini bisa langsung dipakai setelah aturan ditentukan. Selain itu, pengembang punya kendali penuh atas setiap respons, jadi hasilnya bisa diprediksi dan sesuai brand voice.

Namun, ada pula keterbatasannya. Chatbot jenis ini mudah buntu ketika pengguna mengetik sesuatu di luar skenario yang disiapkan. Ia tidak bisa memahami konteks kalimat atau emosi pengguna, berbeda dengan chatbot berbasis AI yang bisa belajar dari interaksi. Kendati begitu, untuk skenario percakapan yang jelas dan berulang, rule-based chatbot masih jadi pilihan paling efisien.

4. Hybrid chatbot: solusi di antara rule-based dan AI

ilustrasi menggunakan laptop (unsplash.com/Swello)

Seiring berkembangnya teknologi, banyak bisnis kini beralih ke hybrid chatbot yang menggabungkan rule-based dengan AI. Pada tahap awal, percakapan diatur lewat aturan tertentu, tapi jika sistem mendeteksi pertanyaan di luar pola, AI akan mengambil alih untuk menjawab secara kontekstual.

Kombinasi ini menawarkan keseimbangan antara kontrol dan fleksibilitas. Pengguna tetap mendapat pengalaman cepat, sementara sistem bisa menyesuaikan diri dengan variasi pertanyaan. Usai itu, data percakapan pun bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas layanan di masa depan.

Rule-based chatbot mungkin terdengar sederhana, tapi nyatanya masih jadi tulang punggung banyak layanan digital hingga kini. Pasalnya, sistem ini stabil, efisien, dan mudah diatur sesuai kebutuhan bisnis. Meski tak sefleksibel AI, ia tetap unggul dalam skenario yang terstruktur dan berulang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team