Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seniman (pexels.com/mali maeder)

Kemajuan kecerdasan buatan (AI) telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dunia seni dan industri kreatif. Terbaru, World Economic Forum (WEF) merilis laporan bertajuk Future of Jobs Report 2025. Laporan ini sekaligus mengingatkan bahwa pekerjaan desainer grafis diperkirakan akan lenyap dalam 5 tahun ke depan. Hilangnya pekerjaan desain grafis ini dipicu oleh dorongan AI dan teknologi pemrosesan informasi serta perluasan akses digital. 

Saat ini, beban kerja tidak sepenuhnya dilimpahkan kepada manusia. Laporan WEF 2025 menunjukkan bahwa keterlibatan mesin dan algoritma menyumbang 22 persen. Sementara manusia tetap mengandalkan kreativitasnya sebesar 47 persen dan 30 persen diselesaikan oleh kolaborasi keduanya. Dari sini, jelas terlihat bahwa AI makin mengambil peran dalam dunia kerja, termasuk dalam industri kreatif, meskipun kreativitas manusia tetap menjadi faktor utama yang membedakan hasil karya yang dihasilkan.

Kondisi ini tentu saja menjadi hal yang kontradiktif dan penuh dilema. Teknologi AI bagaikan dua sisi mata pisau. Di satu sisi, AI mampu menciptakan lukisan, naskah film, hingga desain visual dalam hitungan detik. Di sisi lain, AI juga membuka peluang baru bagi seniman untuk mengeksplorasi kreativitas tanpa batas. Menilik nasib profesi desainer grafis atau ilustrator yang juga berperan sebagai seniman digital, muncul kekhawatiran akan terkikisnya orisinalitas dan tergesernya peran seniman manusia oleh AI. Lantas, apakah seni di era AI ini kreativitas yang melenakan atau justru menjadi ancaman bagi seniman? Mari ulas bersama!

1. Garis waktu perkembangan desain grafis dari masa ke masa

penggunaan huruf sans-serif (commons.wikimedia.org/Claireneon)

Kreativitas yang diciptakan dalam media visual sebenarnya telah ada selama beribu-ribu tahun. Desain grafis telah mengalami perjalanan panjang yang penuh liku. Perjalanan desain grafis dimulai sejak zaman Romawi yang menjadi cikal bakal seni komunikasi visual. Pada 1447, Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak yang memungkinkan produksi tulisan secara massal. Revolusi Industri abad ke-19 membawa angin segar bagi desain grafis melalui pameran The Great Exhibition 1851 yang memperkenalkan gabungan budaya dan teknologi. Desain mulai terkoneksi dengan arsitektur dan seni, seperti desain bangunan besi dan kaca oleh Joseph Paxton. Pada 1892, Henri Toulouse-Lautrec menggabungkan industri dan seni lewat lukisan kehidupan Paris.

Di masa modernisme, prinsip “form follows function” yang digagas oleh Louis Sullivan telah mengubah fokus desain dari estetika menjadi fungsi melalui mesin yang semakin mendominasi dunia desain. Gerakan Dadaisme yang muncul pada 1916 mulai menekankan keseragaman desain. Sementara Theo Van Doesburg memperkenalkan elemen desain seperti bentuk segi empat dan warna dasar. Pada 1918, konstruktivisme membawa perubahan lewat penggunaan huruf sans-serif dan desain fungsional, diikuti oleh gerakan Bauhaus pada 1919 yang mengutamakan fungsi dibanding estetika. Pada 1950-an, Swiss Style muncul dengan desain minimalis dan tipografi sans-serif. Helvetica merupakan font yang diciptakan Max Miedinger pada 1951 menjadi ikon desain grafis. Perkembangan teknologi pada 1984 seperti penggunaan komputer oleh majalah Émigré turut menandai peralihan desain grafis ke dunia digital.

Di abad ke-20, desain grafis berkembang pesat tidak hanya terbatas pada media cetak, tetapi juga meluas ke pakaian, kemasan, dan sistem informasi visual. Teknologi yang makin maju memungkinkan desain grafis diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan. Di abad ke-21, desain grafis menjadi profesi global melalui istilah "desain komunikasi visual" untuk menggambarkan peran desainer dalam menyampaikan pesan melalui elemen visual. Kemajuan perangkat digital dan perangkat lunak desain membuat pekerjaan desainer semakin cepat dan efisien, serta menciptakan karya visual yang lebih dinamis. Desain dapat dibuat dan diedit dengan cepat menggunakan alat digital sehingga mengurangi ketergantungan pada proses manual. Pada saat yang sama, desain grafis berkembang menjadi lebih kompleks, mencakup desain web, media sosial, dan branding perusahaan yang lebih dinamis. Seiring waktu, desain grafis semakin mengintegrasikan elemen-elemen interaktif dan animasi untuk menciptakan pengalaman visual yang lebih mendalam bagi audiens.

2. Gempuran AI berbasis generatif dan era baru dalam mendulang kreativitas

Editorial Team

Tonton lebih seru di