Kinkakuji Temple, Kyoto (unsplash.com/ibolat_caesar)
Kyoto menjadi ibu terakhir Jepang sebelum Tokyo, dahulu dikenal sebagai Heian-kyo. Kyoto menjadi rumah bagi Istana Kekaisaran sampai 1868 ketika dipindahkan ke Tokyo. Meski sudah tidak menjadi ibu kota, Kyoto lebih unggul dari Tokyo dalam hal situs sejarah, peninggalan, dan monumen.
Kyoto menjadi ibu kota Jepang pada 794, dibangun menyerupai ibu kota China pada masa Dinasti Tang (sekarang Xi’an). Kota ini berbentuk persegi panjang, ukurannya 4,5 km x 5,2 km. Perlahan berkembang ke arah timur, sedangkan klan yang kuat membangun tempat tinggal mereka di pusat ibu kota baru.
Pada Era Kamakura dan Sengoku banyak dibangun kuil yang masih dapat kamu jumpai saat ini, seperti Golden Pavillion dan Nanzenji. Pada Periode Kamakura, agama Buddha lebih kuat dan populer. Sayangnya, sebagian besar kota hancur akibat perang pada pertengahan abad ke-15.
Berbeda dengan Era Edo, kekuasaan politik berpindah dari Kyoto ke Edo (sekarang Tokyo). Keshogunan keluarga Tokugawa berkuasa dan agen yang sama menjadi perwakilan shogun di Kyoto sejak Periode Kamakura masih ditunjuk.
Kamu masih dapat menjumpai Kastil Nijo yang dibangun pada 1603. Kastil tersebut sebagai tempat kediaman shogun di Kyoto. Saat Zaman Edo relatif damai, seni dan budaya pun berkembang. Hal ini membuat Kyoto menjadi pusat seni dan kerajinan tradisional.
Pindahnya ibu kota ke Tokyo pada 1868, berdampak besar bagi perkembangan Kyoto. Industri tradisional terus berkembang, seperti daerah dekat Fushimi Inari yang terkenal dengan kualitas sakenya. Kyoto juga menjadi pusat pendidikan tinggi dan memiliki banyak museum penting.
Keempat daerah tersebut telah berkembang menjadi kota modern seperti saat ini. Namun, masih ada situs, reruntuhan, maupun bangunan bersejarah yang dapat kamu kunjungi. Terutama di Kyoto yang menjadi ikon kota bersejarah di Jepang.