Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Jepang (pexels.com/Redd Francisco)
Ilustrasi Jepang (pexels.com/Redd Francisco)

Jepang memang sering dipuji sebagai negara maju yang punya budaya kerja keras, teknologi canggih, sampai tradisi yang begitu kaya. Tapi di balik gemerlapnya Jepang, ada sisi lain yang jarang dibahas, nih. Sisi ini lebih gelap dan menyimpan banyak cerita yang mungkin bikin kamu kaget.

Tidak semua hal di Jepang sempurna seperti yang terlihat di media atau drama favorit kamu. Justru di balik keteraturan dan efisiensinya, ada hal-hal yang perlu dipahami lebih dalam saat di Jepang. Sisi-sisi gelap ini gak cuma memengaruhi warga lokal, tapi juga orang-orang asing yang tinggal atau berkunjung ke sana.

Penasaran apa aja sisi gelap Jepang? Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Budaya kerja yang melelahkan alias karoshi

ilustrasi karoshi (unsplash.com/Chris Yang)

Jepang memang dikenal dengan etos kerja yang sangat tinggi. Tapi sering kali ini justru menjadi boomerang. Istilah karoshi yang berarti "kematian karena kerja berlebihan" sudah lama menjadi fenomena sosial yang mengkhawatirkan.

Banyak pekerja di Jepang menghabiskan waktu di kantor lebih dari 12 jam sehari, bahkan melewatkan akhir pekan demi pekerjaan. Budaya ini membuat orang Jepang sulit menikmati hidup karena hampir seluruh waktu tersita untuk pekerjaan. Bagi banyak orang Jepang, tekanan untuk selalu produktif membuat hidup terasa seperti robot.

Masalah ini gak cuma memengaruhi fisik, tapi juga kesehatan mental. Depresi dan kecemasan meningkat karena pekerja sering merasa terisolasi dan lelah tanpa akhir. Ironisnya, masyarakat Jepang kerap menganggap hal ini sebagai kewajaran, seolah-olah kerja keras tanpa batas adalah bentuk dedikasi. Padahal, tanpa keseimbangan antara kerja dan hidup, kualitas hidup seseorang bisa menurun drastis.

2. Tekanan sosial yang berlebihan

ilustrasi orang Jepang (unsplash.com/Micah Camper)

Di Jepang, tekanan sosial datang dari berbagai arah, mulai dari keluarga, lingkungan kerja, hingga masyarakat secara umum. Banyak orang merasa harus selalu terlihat sempurna di mata orang lain, bahkan jika itu berarti menyembunyikan masalah pribadi.

Dalam budaya Jepang, konsep gaman (menahan diri) dan tatemae (menjaga penampilan) sangat kuat. Orang Jepang sering kali enggan menunjukkan perasaan asli mereka, terutama jika itu menyangkut kelemahan atau emosi negatif.

Tekanan ini gak cuma dialami oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak dan remaja, lho. Anak-anak di Jepang menghadapi persaingan akademik yang ketat sejak dini, sementara remaja sering merasa tertekan untuk masuk universitas terbaik atau mendapatkan pekerjaan impian. Sayangnya, banyak dari mereka yang akhirnya merasa kehilangan jati diri karena hidup mereka hanya diatur oleh harapan orang lain.

3. Loneliness atau fenomena hikikomori

ilustrasi hikikomori (unsplash.com/Don Nguyen)

Jepang punya masalah serius dengan isolasi sosial yang dikenal sebagai hikikomori. Hikikomori ini merupakan sebuah kondisi di mana seseorang memilih untuk menarik diri sepenuhnya dari kehidupan sosial, terkadang selama bertahun-tahun. Mereka mengurung diri di kamar, menghindari interaksi dengan keluarga atau teman, dan hidup dalam kesepian. Fenomena ini sering dipicu oleh tekanan sosial yang terlalu besar atau kegagalan memenuhi ekspektasi masyarakat.

Selain itu, masyarakat Jepang yang cenderung individualistis dan kurang terbuka terhadap masalah pribadi juga memperburuk situasi. Banyak keluarga merasa malu jika ada anggota yang menjadi hikikomori sehingga mereka enggan mencari bantuan. Akibatnya, masalah ini terus tumbuh tanpa solusi yang jelas, dengan jutaan orang di Jepang yang hidup terisolasi.

4. Kesenjangan sosial yang terabaikan

ilustrasi kesenjangan sosial di Jepang (unsplash.com/Mihály Köles)

Meskipun Jepang terlihat sebagai negara yang sejahtera, kesenjangan sosial tetap menjadi masalah yang signifikan. Di kota besar seperti Tokyo dan Osaka, ada kontras yang mencolok antara si kaya dan si miskin. Beberapa daerah penuh dengan apartemen mewah. Sementara di sisi lain, kamu bisa menemukan orang-orang tunawisma yang tidur di taman atau di bawah jembatan.

Hal ini semakin diperparah dengan sistem kerja kontrak yang membuat banyak orang sulit mendapatkan pekerjaan tetap. Mereka yang bekerja paruh waktu atau kontrak sering kali hidup dengan pendapatan minim tanpa jaminan sosial yang memadai. Di sisi lain, orang kaya di Jepang terus menikmati kemewahan tanpa khawatir tentang masa depan. Kesenjangan ini menciptakan ketimpangan yang makin sulit untuk diatasi oleh negara sekelas Jepang.

5. Masalah pelecehan dan kesetaraan gender

ilustrasi orang Jepang (unsplash.com/Beth Macdonal)

Meskipun Jepang sudah maju dalam banyak aspek, masalah kesetaraan gender masih jauh dari selesai, lho. Perempuan di Jepang sering kali menghadapi diskriminasi di tempat kerja, mulai dari kesenjangan gaji sampai sulitnya mendapatkan posisi manajerial. Selain itu, pelecehan seksual, baik di tempat kerja maupun di transportasi umum masih menjadi masalah yang serius di Jepang.

Budaya patriarki yang kuat di Jepang membuat perubahan terasa lambat. Meskipun ada upaya untuk memberdayakan wanita, banyak dari mereka yang merasa terjebak dalam peran tradisional sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, pelaporan kasus pelecehan di Jepang sering diabaikan atau dianggap tabu, sehingga korban sering kali memilih diam daripada mencari keadilan.

Setiap negara punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, termasuk Jepang. Sisi gelap ini bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang realita di balik negara maju tersebut.

Semoga dengan memahami sisi-sisi gelap ini, kita bisa lebih menghargai perjuangan orang-orang di Jepang, sekaligus mengambil pelajaran untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi kita semua.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team