TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tren Traveling yang Ditinggalkan pada 2024, Itinerary Bukan Patokan

Tren traveling selama 2024 berubah, lho

ilustrasi slowcation (pexels.com/nappy)

Traveling selalu dinilai dinamis. Perilaku orang saat bepergian kerap berubah seiring pergantian tahun. Pasalnya, selalu ada tren atau hal baru yang kerap diikuti para traveler demi memuaskan hasratnya ketika berlibur.

Tren traveling pada 2024 pun juga sudah terbaca. Slowcation menjadi salah satu tren liburan yang dipercaya akan naik daun. Para traveler lebih menghargai waktu liburan mereka dengan hal-hal bermakna, seperti tidak terlalu mengikuti itinerary hingga berinteraksi dengan warga lokal.

Karena bermunculan tren baru, maka tren traveling pada tahun-tahun sebelumnya tentu mulai ditinggalkan. Beberapa tren traveling yang mungkin kamu ikuti sudah mulai ditinggalkan para traveler pada 2024.

1. Praktik skiplagging tidak akan lagi dilakukan

ilustrasi tiket pesawat (unsplash.com/thapanee srisawat)

Apakah kamu pernah mendengar istilah skiplagging dalam dunia travel? Skiplagging merupakan salah satu cara memesan tiket penerbangan pada tujuan tertentu, tetapi turun di kota atau daerah transit. Terdengar aneh, bukan? Yap, tapi hal tersebut sempat tren beberapa tahun belakangan.

Dilansir dari Forbes, tren skiplagging ini dinilai memberatkan maskapai penerbangan. Memang harganya lebih murah, bahkan bisa menghemat sampai ratusan Dolar AS bagi penumpang.

Memasuki tahun yang baru, maskapai penerbangan mulai menindak keras pada skiplagger. Maskapai mengancam akan melarang penumpang tersebut menaiki maskapai mereka. Selain itu, maskapai juga akan mengenakan biaya tiket lebih mahal.

2. Resepsionis hotel tanpa pegawai tidak lagi diteruskan

ilustrasi resepsionis hotel (pexels.com/Helena Lopes)

Di zaman yang serbadigital ini, kebanyakan hotel mengandalkan pihak ketiga, yakni Online Travel Agent (OTA), sebagai sarana pemesanan. Memang hal tersebut sangat membantu tamu, tetapi tentu keberadaan resepsionis masih dibutuhkan.

Melansir Sunset, banyak hotel yang bagian resepsionisnya kosong tanpa ada pegawai. Padahal, menurut kebanyakan tamu, salah satu hal penting di penginapan atau hotel adalah interaksi.

Pada 2024, resepsionis hotel yang kosong melompong tak akan lagi dilanjutkan. Pegawai resepsionis masih dibutuhkan meski tamu bisa checkin secara online.

3. Itinerary yang terlalu padat tidak akan lagi dijadikan patokan

ilustrasi itinerary (unsplash.com/glenncarstenspeters)

Slowcation diperkirakan menjadi tren traveling selama 2024. Perjalanan liburan yang lebih lambat dan menikmati setiap detiknya bakal dirasa lebih menyenangkan. Maka dari itu, perjalanan yang terlalu berpatokan pada itinerary sudah tidak lagi dilirik pada 2024 ini.

Dilansir dari Forbes, tren liburan pada 2024 akan lebih menomorsatukan kesehatan dan kenyamanan. Ketika merasa lelah, traveler akan beristirahat dan memulihkan tenaga untuk berkeliling kembali nantinya. Tren ini dinilai lebih masuk akal dan patut dilakukan.

Baca Juga: 28 Tempat Wisata di Yogyakarta untuk Keluarga yang Seru

4. Mengunjungi wisata viral atau hits bukan prioritas utama

ilustrasi objek wisata terlalu ramai (unsplash.com/Cassie Gallegos)

Tahun 2023 menjadi tahun yang baik bagi banyak destinasi wisata. Sebut saja Venesia, Italia, yang selalu ramai setiap harinya oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Negeri Kanal itu memang menawarkan wisata unik dan menarik.

Sayangnya, hal tersebut menciptakan overtourism, jumlah wisatawan meledak, sehingga mengakibatkan hal-hal buruk, seperti kerusakan lingkungan dan tingkat kejahatan meningkat. Maka dari itu, pada 2024, wisatawan tak akan lagi memprioritaskan wisata viral atau hits sebagai tujuannya berlibur.

Wisatawan bakal lebih ingin mempelajari budaya dari tujuannya berlibur lebih dalam. Ini masih bersangkutan dengan slowcation yang diprediksi menjadi tren traveling 2024. Merasakan cita rasa lokal juga jadi prioritas mereka. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya