Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Perayaan Cap Go Meh menjadi penanda berakhirnya Tahun Baru Imlek. Biasanya orang Tionghoa melakukannya 15 hari setelah Imlek. Biasanya mereka akan mengadakan festival besar-besaran untuk merayakannya.
Selain itu, ada beberapa hal menarik yang patut kamu ketahui. Inilah fakta unik mengenai Cap Go Meh.
1. Cap Go Meh menjadi penanda berakhirnya Imlek
instagram.com/my_reno_diary Dalam kepercayaan etnis Tionghoa, masing-masing hari sebelum Cap Go Meh punya makna tersendiri. Hari pertama merupakan momen terpenting, layaknya umat muslim merayakan Lebaran. Saudara tertua akan menjadi tuan rumah keluarga besarnya.
Mereka akan kumpul bersama untuk saling mengucapkan selamat tahun baru sambil membagikan angpao.
Hari ke-5 misalnya, terdapat festival Po Wu yang diyakini sebagai ulang tahun Dewa Keberuntungan. Kebanyakan orang akan mengadakan jamuan besar dan menyalakan petasan. Mereka juga membuka pintu atau jendela sebagai isyarat menyambut Dewa.
Sebisa mungkin mereka akan menarik perhatian Dewa Keberuntungan, sehingga memastikan kebaikan dan keberuntungan di masa depan.
Hari ke-9, dalam kepercayaan Tionghoa dan Taoisme, menjadi momen penting untuk merayakan ulang tahun Kaisar Giok atau Yu Huang Da Di. Mereka adalah sosok penting yang menjadi penguasa surga dan semua alam lain di bawahnya.
Dalam merayakannya, mereka akan mengorbankan hewan sebagai bentuk penghormatan, yakni ayam, babi, dan ikan.
Tibalah pada hari ke-15 yang menjadi hari penutupan euforia Tahun Baru Imlek. Umumnya, mereka akan merayakannya dengan festival lampion. Bagi para pria dan perempuan lajang, momen ini menjadi sangat spesial.
2. Cap Go Meh hanya populer di Indonesia
instagram.com/vionielvira Setiap negara punya nama tersendiri dalam memaknai hari ke-15 setelah Imlek. Tiongkok menyebutnya dengan perayaan Yuan Xiao atau Shang Yuan. Di Barat disebut dengan Lantern Festival. Beberapa daerah menyebutnya dengan hari kasih sayang.
Di Indonesia sendiri, kita menyebutnya dengan perayaan Cap Go Meh. Secara harfiah, nama ini berasal dari dialek Hokkien (cap = 10, go=5, dan meh=malam).
3. Sejarah Cap Go Meh
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Terlepas dari perbedaan nama di setiap negara, mereka punya maksud dan tujuan yang sama. Mari kita sedikit napak tilas, mengenai awal mula perayaan Cap Go Meh.
Perayaan ini sudah dilakukan sejak 206 Sebelum Masehi, menjadi sebuah bentuk penghormatan kepada Tahi Yi yang dianggap sebagai Dewa tertinggi pada Dinasti Han. Kala itu, para biksu harus membawa lentera untuk melakukan ritual.
Mereka menerbangkannya sebagai simbol melepas nasib buruk di masa lalu dan menyambut nasib baik di masa depan. Kemudian, masing-masing negara mengadaptasinya tanpa merusak tujuan di dalamnya.
Baca Juga: 10 Foto Mudik Imlek di Tiongkok di Tengah Penyebaran Virus Corona
4. Warga Tionghoa bisa melanggar hal yang dianggap tabu
Dalam 15 hari merayakan Imlek, orang Tionghoa harus menjaga diri untuk tidak melakukan hal tabu. Misalnya berkata kotor, membeli buku, membeli sepatu, menangis,menjahit, makan bubur, dan sebagainya.
Bukan tanpa alasan beberapa hal tersebut dilarang. Misalnya makan bubur yang dianggap menghalangi rezeki dan mendatangkan kemiskinan. Membeli buku dalam bahasa Mandarin merupakan "shu".
Bunyi pengucapannya seperti dengan kata yang berarti "kalah". Kalau membeli buku, kamu akan dianggap membawa sial sepanjang tahun.
Terakhir, menangis dilarang karena melambangkan kesedihan dan hukuman. Hal ini perlu dihindari, khususnya anak-anak. Mereka harus benar-benar menjaga perilakunya supaya tidak membuat seseorang menangis.