Kamboja (pexels.com/allPhoto Bangkok)
Bahasa Indonesia memiliki kecenderungan untuk menyederhanakan bunyi asing agar lebih mudah diucapkan sesuai dengan struktur fonologinya. Misalnya, kombinasi huruf “mb” atau “nd” tetap dipertahankan karena lazim dalam bahasa lokal, sementara kombinasi “dia” di akhir kata terasa ganjil jika tidak disesuaikan. Oleh sebab itu, “Cambodia” lebih alami dibaca “Kamboja” ketimbang “Kambodia”.
Fenomena serupa juga terjadi pada kata lain seperti France yang diserap menjadi “Prancis”, atau Germany yang menjadi “Jerman”. Semua mengikuti logika bunyi yang seimbang antara bahasa sumber dan bahasa penerima. Dalam hal ini, Kamboja menjadi contoh konkret bagaimana pelafalan asing bisa diadaptasi tanpa kehilangan identitas asalnya.
Perubahan pelafalan Cambodia menjadi Kamboja menunjukkan bahwa bahasa selalu beradaptasi mengikuti sejarah dan kebiasaan penggunanya. Dari transliterasi sampai fonologi semua berperan dalam membentuk bentuk akhir penyebutan nama negara yang kita kenal hari ini. Bahasa, pada dasarnya, adalah cermin dari perjalanan budaya dan hubungan antarbangsa. Semoga penjelasan di atas dapat menjawab rasa penasaran kamu, ya!