Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Danau Toba dari udara (IDN Times/Prayugo Utomo)
Potret Danau Toba dari udara (IDN Times/Prayugo Utomo)

Indonesia memiliki banyak destinasi wisata alam yang memukau. Salah satunya Danau Toba di Sumatra Utara. Danau vulkanik terbesar di dunia ini menawarkan keindahan pemandangan yang tak tertandingi. Ditambah dengan udara sejuk, pulau Samosir di tengah danau, serta budaya Batak yang begitu kental.

Tak heran jika Danau Toba selalu menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain itu, Danau Toba ditetapkan sebagai salah satu destinasi prioritas Indonesia karena nilai sejarah, budaya, dan geologinya yang luar biasa.

Danau Toba resmi menyandang predikat UNESCO Global Geopark sejak 2020. Namun, UNESCO pernah memberi kartu kuning karena pengelolaan kawasan dinilai belum sesuai standar.

Nah, kabar baiknya Danau Toba berhasil bangkit dan meraih kembali green card UNESCO pada September 2025. Lantas, kapan tepatnya hal ini diputuskan dan kenapa status ini penting bagi pariwisata Indonesia? Simak informasinya berikut ini!

1. Danau Toba kembali meraih green card

Melansir dari kemenpar.go.id, Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, menegaskan kerja sama dan kolaborasi lintas pihak telah sukses mengembalikan status Geopark Danau Toba. Kini telah mendapatkan kembali green card dalam UNESCO Global Geopark.

Keputusan ini diumumkan dalam Sidang Council UNESCO Global Geoparks (UGGp) yang berlangsung pada 5-6 September 2025 di Chili. Pada sidang tersebut, Geopark Danau Toba kembali mendapatkan status green card bersama dua geopark lain di Indonesia, yakni Geopark Rinjani di Lombok dan Geopark Ciletuh di Palabuhanratu, Jawa Barat.

2. Kenapa status green card UNESCO penting?

Potret Danau Toba (pexels.com/Afif Ramdhasuma)

Bagi UNESCO, menjaga kualitas Global Geopark sangatlah penting. Oleh karena itu, setiap geopark wajib menjalani proses revalidasi setiap empat tahun sekali. Hasilnya bisa berupa green card atau yellow card.

Green card berarti status Global Geopark akan diperpanjang selama empat tahun. Sementara itu, yellow card hanya memperpanjang status selama dua tahun, dengan catatan ada perbaikan yang harus segera dilakukan.

Pada revalidasi kali ini, dari 44 geopark yang dinilai, 38 berhasil meraih green card dan 6 mendapat yellow card. Status green card bagi Danau Toba menjadi sinyal positif kalau kawasan ini sudah memenuhi standar UNESCO. Penilaian tersebut dilakukan dari sisi pengelolaan, konservasi, maupun pengembangan berkelanjutan.

Sebagai tindak lanjut, hasil sidang ini akan dibawa ke Dewan Eksekutif UNESCO untuk disahkan pada pertengahan 2026. Dalam proses menuju green card ini, Kementerian Pariwisata turut memberikan dukungan lewat berbagai fasilitasi dan program, termasuk menggelar The 1st International Conference: Geotourism Destination Toba Caldera UNESCO Global Geopark 2025.

3. Representasi visi pariwisata Indonesia

Ilustrasi Danau Toba (IDN Times/Indah Permatasari Lubis)

Menurut Widiyanti, Geopark Kaldera Toba bukan sekadar destinasi wisata belaka. Ia merupakan representasi visi pariwisata Indonesia yang menggabungkan alam, budaya, dan ilmu pengetahuan.

Status geopark bukan hanya simbol perlindungan kawasan, tetapi juga membuka peluang besar untuk edukasi, penelitian, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Dengan keberhasilan meraih green card, Danau Toba telah memperkuat posisinya sebagai destinasi prioritas Indonesa. Ini juga termasuk bagian dari jaringan global geopark yang dihargai dunia.

Keberhasilan Danau Toba meraih kembali green card UNESCO menjadi bukti bahwa kerja sama dan komitmen dalam menjaga alam bisa membawa hasil yang membanggakan. Hal ini bukan hanya soal keindahan Danau Toba, tetapi juga tentang bagaimana destinasi ini dikelola secara berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Jadi, kalau kamu mencari liburan yang indah sekaligus bermakna, Danau Toba wajib masuk itinerary kamu, ya!

Editorial Team