5 Fakta Menarik Larantuka, NTT, Vatikannya Indonesia

Larantuka merupakan salah satu kecamatan sekaligus ibu kota dari Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Daerah di ujung timur Pulau Flores ini tersohor sebagai tujuan wisata rohani umat Katolik. Walau luasnya sekitar 75,91 kilometer persegi, ia kaya akan budaya dan punya pemandangan memukau, seperti gunung serta laut.
Di balik ketenarannya sebagai wisata religi, Larantuka menyimpan keunikan tersendiri. Mau mengenal Larantuka lebih jauh? Mari, kita ulik dan temukan sejumlah fakta menarik Larantuka, NTT!
1. Pernah jadi satu-satunya Kerajaan Katolik di Indonesia
Kalau selama ini kamu sudah sering mendengar adanya kerajaan beragama Hindu, Buddha, dan Islam, sekarang kamu akan mendengar yang berbeda di Larantuka. Di sini, pernah terdapat Kerajaan Katolik yang berada di bawah pendidikan Portugis. Hal ini menjadikannya sebagai satu-satunya Kerajaan Katolik di Indonesia.
Perubahan agama Raja Larantuka dimulai dari Raja Ola Adobala. Ia dikonversi ke Katolik dan dibaptis saat pemerintahan Peter II karena tekanan militer Portugis. Sejak saat itu, ia harus mengambil sumpah setia kepada Raja Portugal dan diberi gelar Dom.
Hal ini juga menjadi pertanda bahwa Larantuka menjadi kerajaan bawahan Portugis. Namun, Raja Larantuka diizinkan memerintah rakyatnya secara mandiri. Berbeda dalam urusan perang, Larantuka harus memasok pasukan tambahan kepada Portugis.
2. Kota Seribu Kapel incaran wisatawan
Sebagai tujuan rohani, banyaknya kapel di Larantuka membuatnya dapat julukan sebagai Kota Seribu Kapel. Kapel-kapel di Larantuka biasanya masih dipengaruhi arsitektur khas Portugis. Kamu dapat dengan mudah menemukan kapel di taman biara maupun taman doa, yang sebagian menyajikan pemandangan memukau.
Ada salah satu kapel yang terkenal di Larantuka, yaitu Kapel Mgr. Gabriel Manek di Biara Pusat Putri Reinha Rosari (PRR). Di dalam kapel ini, terdapat dua jasad orang suci, yaitu Mgr. Gabriel Manek dan Suster Anfrida. Keduanya merupakan pendiri dan kopendiri Kongregasi PRR yang berpusat di Larantuka.
Kalau ingin beribadah sekaligus memanjakan mata, kamu bisa menuju Taman Doa Bukit Fatima di San Dominggo. Di sini, terdapat Kapel Maria Fatima yang terbuka dan terdapat Salib Yubileum. Kamu dapat menikmati pemandangan Pulau Adonara dan Solor dari atas bukit.
3. Dijuluki sebagai Vatikannya Indonesia
Sebutan lain Larantuka adalah Vatikannya Indonesia. Itu karena ia menyajikan wisata rohani dan tradisi perayaan besar keagamaan Nasrani setiap tahunnya. Larantuka menjadi rumah prosesi Semana Santa atau Jumat Agung. Prosesi tersebut menjadi wisata rohani keagamaan yang masih dipertahankan gereja Katolik di ujung timur Flores sejak abad ke-16 tatkala Portugis membawa misi iman Katolik di sana. Julukan tersebut diperjelas pada 2009 oleh Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur, yang saat itu menjabat.
Selain itu, Larantuka disebut pula sebagai Kota Reinha yang berarti telah menyerahkan seluruh kehidupannya pada perlindungan Bunda Maria. Pada 1886, Raja Don Lorenzo Usineno II DVG, Raja Ke-10 Larantuka, menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka. Sejak saat itu, para raja adalah wakil dan abdi Bunda Maria.
4. Tradisi Semana Santa yang masih lestari
Semana Santa merupakan perayaan keagamaan terbesar masyarakat Flores dan menjadi tradisi tahunan di Larantuka. Serangkaian tradisi warisan Portugis itu berlangsung selama seminggu, mulai Minggu Palma hingga Paskah. Tradisi yang konon sudah berlangsung selama lima abad ini dan menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan.
Saat Minggu Palma atau Dominggu Ramu, masyarakat mengelilingi Katedral untuk mengenang Yesus memasuki Yerusalem dan disambut sorak-sorai. Kemudian, ada Rabu Trewa untuk memperingati saat Yesus dikhianati oleh salah satu murid-Nya. Pada prosesi ini, masyarakat Larantuka secara bergiliran berdoa di Kapel Tuan Ma dan Kapel Tuan Ana.
Kamis Putih menjadi salah satu prosesi penting bagi peziarah karena peti patung Tuan Ma (Mater Dolorosa atau Bunda yang berdukacita) dibuka untuk dibersihkan dan dihiasi. Lalu, prosesi dilanjutkan dengan pembasuhan kaki dua belas rasul saat perayaan Ekaristi, adorasi, doa bergilir, hingga mencium patung Tuan Ma. Setelah itu, patung Tuan Ma dimandikan dan dikenakan kain berkabung serta mahkota.
Puncak Semana Santa berupa prosesi jalan salib dan perarakan Tuan Meninu (patung Yesus disalib) menggunakan perahu dari Pantai Kota depan Kapel Tuan Meninu, Kelurahan Sarotari, menuju Pantai Kuce melalui Selat Gonzalu. Kemudian, Tuan Meninu diarak menuju menuju Tori Yesus Tersalib di Kelurahan Pohon Sirih. Sementara, pada siang hari, perarakan patung Tuan Ma dan Tuan Ana dari kapel menuju Gereja Katedral Reinha Rosari diiringi nyanyian ratapan dan doa-doa.
Saat senja, umat berkumpul di Gereja Katedral Larantuka untuk melaksanakan lamentasi. Suasana prosesi akan begitu khidmat dan Larantuka akan dipenuhi cahaya lilin yang dipasang pada tiang kayu maupun bambu. Akhir Semana Santa ditandai Minggu Paskah dan dilanjutkan dengan perarakan Tuan Ma yang ditakhtakan kembali di Kapel Tuan Ma di Pantai Kebis.
5. Titik pertemuan budaya dan agama di Flores
Satu lagi, nih, fakta menarik Larantuka, Vatikannya Indonesia. Larantuka berasal dari bahasa Lamaholot yang berarti 'titik temu' atau 'jalan tengah'. Ini sesuai dengan keberadaannya yang menjadi titik pertemuan antara masyarakat daratan Pulau Flores dengan masyarakat dari Pulau Adonara, Solor, dan Lembata.
Bukan sekadar bertemu secara fisik, ini menjadi pusat pertemuan budaya Melayu, Lamaholot, dan Portugis yang masih lestari hingga saat ini. Batas administratif bukan halangan bagi mereka untuk menjadikan Larantuka sebagai pusat prosesi penting keagamaan. Pantas saja Larantuka tidak hanya menjadi magnet bagi masyarakat sekitar, tapi juga daerah lainnya.
Kelima fakta menarik tersebut dapat membuatmu mengenal lebih jauh tentang Larantuka, Vatikannya Indonesia. Kamu bisa menjadikannya sebagai destinasi wisata religi menjelang Natal maupun Paskah. Kamu tertarik untuk berziarah ke Larantuka?