Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gedung Balai Kota Surabaya (dok. pribadi/Intan Refa S)

Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur, memang menyimpan begitu banyak bangunan-bangunan bersejarah. Bangunan-bangunan tersebut menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Kota Surabaya dari tempo dulu hingga sekarang.

Beberapa contoh di antaranya ada Balai Pemuda, Pasar Genteng, Balai Kota Surabaya, dan masih ada banyak lagi. Di balik semua bangunan bersejarah di Surabaya yang masih terjaga, ternyata tersimpan fakta dan cerita unik yang patut kamu tahu.

1. Zangrandi dulunya adalah barbershop

Zangrandi Ice Cream yang terletak tidak jauh dari alun-alun Surabaya (dok. pribadi/Intan Refa S)

Kedai es krim ini menjadi salah satu kafe legendaris di Surabaya. Zangrandi ada sejak 1930-an dan dibangun oleh orang Italia bernama Roberto Zangrandi. Dulunya, tempat ini bukanlah kedai, melainkan barbershop dengan bonus es krim bagi pelanggannya.

Karena rasa es krim yang orisinal, hal itu membuat orang-orang hanya ingin membeli es krim saja tanpa harus potong rambut terlebih dulu. Semakin lama justru bisnis es krimnya makin laris, sementara bisnis barbershop-nya perlahan sepi.

Akhirnya, diubahlah barbershop ini menjadi kedai es krim. Diketahui, kepemilikan kedai ini sudah berada di tangan orang Indonesia atas kebijakan Presiden Soekarno yang melarang orang asing memiliki usaha di Indonesia.

2. Nama Surabaya bukan berasal dari 'Soera' dan 'Baya'

Motto Kota Surabaya "Soera ing Baia" yang diukir di atas batu marmer (dok. pribadi/Intan Refa S)

Banyak orang menyangka bahwa Surabaya berasal dari nama dua hewan, Soera yang berarti hiu dan Baya berarti buaya. Padahal, istilah Soera dan Baya berasal dari moto Kota Surabaya era pemerintah Hindia Belanda, yaitu "Soera ing Baia", artinya berani menghadapi tantangan dan bahaya.

Moto tersebut menjadi gambaran semangat arek Suroboyo melawan tentara Sekutu. Sedangkan nama Surabaya sendiri telah ada sejak 1358 Masehi berdasarkan Prasasti Canggu dengan ejaan Curabhaya.

Lantas, bagaimana dengan logo hiu dengan buaya yang menjadi ikon Kota Surabaya? Logo tersebut dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan letak geografis dan alam. Kota Surabaya sendiri berada di daerah pesisir, sehingga hiu diilustrasikan sebagai laut, sementara buaya digambarkan sebagai daratan.

3. Balai Pemuda dulunya tempat berkumpulnya sosialita

Salah satu sisi gedung Balai Pemuda yang dulunya adalah de Simpangche Societeit (dok. pribadi/Intan Refa S)

Sebelum dikenal sebagai Balai Pemuda, pada masa kolonial Belanda, sekitar awal 1900-an atau tepatnya 1907, tempat ini disebut de Simpangche Societeit. Tempat tersebut dibangun atas prakarsa warga Belanda yang ada di Surabaya.

De Simpangche Societeit ini merupakan ajang hiburan yang dilengkapi dengan lantai dansa, tempat biliar dan bar. Bangunan dengan arsitektur tropis basah karya arsitek Belanda Westmaes tersebut memiliki gaya fasad Romanik/Kolonial. Gedung tersebut saat ini masih menjaga bentuk aslinya, meski telah dipugar karena menjadi salah satu situs cagar budaya Kota Surabaya.

4. Kantor Pos Simpang Surabaya dulunya adalah kandang kuda

Kantor Pos Simpang Surabaya (instagram.com/soerabaia_cityofheroes)

Sebelum menjadi kantor pos pertama di Surabaya, tempat ini dulunya adalah kandang kuda atau istal yang luas. Kira-kira panjangnya mulai dari kantor pos Simpang hingga SDN Kaliasin I.

Keberadaan kandang kuda ini menjadi hal yang wajar, karena letaknya berada di kebun belakang Istana Simpang (saat ini Gedung Grahadi). Kuda-kuda yang ada di kandang tersebut biasa dipakai oleh para pejabat sebagai kendaraan dinas.

Baru ketika akhir 1800-an, pada era kolonial Belanda, kandang ini dialihfungsikan menjadi kantor pos pertama di Kota Surabaya. Pembangunan kantor pos ini juga diiringi dengan infrastruktur yang mendukung, seperti aspal.  

5. Seluruh tempat strategis era Belanda memiliki bunker

Gereja Maranatha, menjadi salah satu tempat strategis era kolonial Belanda (dok. pribadi/Intan Refa S)

Fakta unik lainnya tentang bangunan klasik era kolonial adalah di setiap tempat-tempat strategis, Belanda selalu membangun bunker di bawahnya. Tempat strategis, di antaranya Rumah Sakit Darmo, Gereja Maranatha, dan Tugu Pahlawan, disinyalir memiliki bunker.

Bunker-bunker tersebut saling terkoneksi satu sama lain dan bermuara ke Sungai Kalimas, di mana sungai tersebut dulunya merupakan pelabuhan utama. Bunker tersebut berfungsi sebagai sarana menyelamatkan diri ketika situasi darurat.

Sangat menarik, kan? Memang tempat bersejarah selalu menarik untuk dikunjungi. Dengan mendengar cerita di baliknya seakan kita ikut merasakan atmosfer zaman dulu. Hal yang bisa kita lakukan sebagai generasi penerus adalah menjaga cagar budaya bersejarah itu dan mewariskannya ke generasi selanjutnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team