Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Pulau Kemaro, Tempat Wisata Kebanggaan Palembang

Pulau Kemaro (instagram.com/sandiyanto| instagram.com/palembang.destinasi)
Pulau Kemaro (instagram.com/sandiyanto| instagram.com/palembang.destinasi)

Palembang merupakan salah satu kota yang penting bagi etnis Tionghoa dan keturunannya. Pasalnya, pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam, banyak pendatang dari China yang singgah hingga menetap di sini.

Warga pribumi pun menerima kedatangan mereka dengan baik, hingga akhirnya hidup berdampingan. Wajar saja, banyak peninggalan dan tempat peribadatan yang menjadi bukti akulturasi budaya China dan Melayu.

Kamu dapat melihatnya di Pulau Kemaro, desa yang terletak di aliran Sungai Musi. Jaraknya sekitar 6 kilometer dari Jembatan Ampera, tepatnya di 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang.

Terdapat pagoda 9 lantai dan Kelenteng Hok Tjing Bio atau lebih dikenal Kelenteng Kwan Im yang berdiri pada 1962. Bangunan itu menjadi ikon Pulau Kemaro sebagai magnet wisatawan.

Mau mengenal Pulau Kemaro lebih jauh? Berikut ini lima fakta Pulau Kemaro di Palembang yang perlu kamu tahu sebelum mendatanginya.

1. Diduga sudah dihuni sejak abad ke-17

Pulau Kemaro (instagram.com/fitriluwiutami)
Pulau Kemaro (instagram.com/fitriluwiutami)

Pulau Kemaro memiliki luas sekitar 79 hektare. Beberapa tahun lalu, Balai Arkeologi Sumatra Selatan menggelar survei di Pulau Kemaro. Berdasarkan hasil temuannya, para arkeolog berpendapat Pulau Kemaro dihuni sejak abad ke-17.

Pendapat tersebut diperkuat dengan sejumlah temuan pecahan keramik, tembukar, bata, genting, ubin, dan umpak tiang bangunan. Mereka juga berhasil menemukan pecahan keramik China yang berasal dari Dinasti Yuan (1271-1368 M), Dinasti Ming (1368-1644 M), dan Dinasti Qing (1644-1912 M).

Dari pertanggalan relatif dari pecahan keramik itu, diketahui bahwa Pulau Kemaro digunakan sejak masa Keraton Kuto Gawang hingga kolonial Belanda.

2. Saksi sejarah masa Kesultanan Palembang Darussalam

Pulau Kemaro (instagram.com/madeandi.05)
Pulau Kemaro (instagram.com/madeandi.05)

Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, Pulau Kemaro merupakan titik pertahanan yang penting saat awal abad ke-19. Kala itu, Sultan Mahmud Badaruddin II (1803-1821) membangun Benteng Tambak Bayo di pulau itu.

Pembangunannya bersamaan dengan berdirinya Benteng Keraton Kuto Besak, pertahanan utama untuk melindungi Kota Palembang. Saat Perang Palembang I tahun 1819, prajurit kesultanan di kedua benteng itu mampu memukul mundur kolonial Belanda yang dipimpin Laksamana JC Wolterbeek.

Berselang dua tahun, Mayor Jenderal Hendrik Merkus Baron de Kock berlayar menuju Palembang bersama hampir 40 kapal perang. Mereka ingin menguasai Palembang dan kembali terjadi pertempuran.

Sayangnya, kali ini Palembang berhasil dikuasai dan benteng-benteng Kesultanan Palembang Darussalam dihancurkan. Saat itu, tak tersisa lagi bangunan Benteng Tambak Bayo di Pulau Kemaro. Kemudian, tergantikan oleh Kelenteng Dewi Kwan Im yang dibangun pada 1962. 

3. Terkenal dengan legenda Tan Bun An dan Siti Fatimah

Pulau Kemaro (instagram.com/ninehotelpalembang)
Pulau Kemaro (instagram.com/ninehotelpalembang)

Selain terkenal dengan Kelenteng Dewi Kwan Im dan pagodanya, Pulau Kemaro juga memiliki legenda yang populer di tengah masyarakat. Legenda itu berupa kisah asmara Tan Bun An dan Siti Fatimah. Tan Bun An merupakan saudagar dari China dan Siti Fatimah adalah putri kerajaan.

Tan Bun An bersama Siti Fatimah menuju China untuk meminta restu kedua orangtuanya. Setelah itu, orangtua Tan Bun An memberikan hadiah berupa tujuh guci besar untuk dibawa pulang ke Palembang. Mereka pun menempuh perjalanan kembali ke Palembang.

Sesampainya di tengah Sungai Musi, Tan Bun An penasaran dengan isi guci tersebut dan membukanya. Ia terkejut saat mendapati bahwa isi guci itu berupa sawi asin. Tan Bun An marah dan membuang hampir semua guci yang dibawanya ke Sungai Musi.

Saat hendak melempar guci terakhir, ia mendapati isinya berupa perhiasan yang ditutupi sawi asin. Kemudian, Tan Bun An menyesal dan melompat ke sungai untuk mengambil enam guci yang telah dibuangnya. Ia bersama seorang pengawalnya tidak kunjung muncul ke permukaan, lalu Siti Fatimah turut menceburkan diri.

Setelah peristiwa tersebut, muncullah pulau kecil di tempat Tan Bun An, Siti Fatimah, dan pengawalnya terjun ke sungai. Pulau itu dipercaya sebagai cikal bakal Pulau Kemaro. Kemaro yang berarti ‘kemarau’, karena tidak pernah terendam air, meski Sungai Musi sedang pasang.

4. Terdapat pemakaman keramat

Pulau Kemaro (instagram.com/jnviasyf_)
Pulau Kemaro (instagram.com/jnviasyf_)

Masih berkaitan dengan kisah Siti Fatimah dan Tan Bun An, terdapat pemakaman keramat yang kerap menjadi tempat ziarah. Konon, dipercaya sebagai makam Siti Fatimah, Tan Bun An, dan pengawalnya. Biasanya para peziarah lebih banyak saat perayaan Cap Go Meh.

Ketiga makam tersebut letaknya berdampingan dan dapat kamu temui tepat di depan Kelenteng Dewi Kwan Im. Siapa pun boleh mengunjungi makam tersebut untuk berziarah. Biasanya buka pada pukul 08.00-20.00 WIB.

5. Dari kamp tahanan jadi wisata religi

Kampung Air di Pulau Kemaro (instagram.com/masaga_plm)
Kampung Air di Pulau Kemaro (instagram.com/masaga_plm)

Ternyata, Pulau Kemaro gak hanya menjadi tempat berdirinya benteng pertahanan, tapi juga kamp tahanan pada 1965-1967. Sebelum akhirnya menjadi pemukiman dan tempat ibadah mulai 1968. Penghuni Pulau Kemaro semakin meningkat pada 1986 dan semakin dikenal sebagai tempat ibadah sekaligus ziarah.

Pada 1998-2007, tempat ini pernah menjadi lahan pertanian untuk biaya hidup penduduk setempat. Kemudian, semakin dikenal sebagai tempat wisata religi sekitar pada 2008. Kini, hampir setiap tahun menjadi salah satu pusat perayaan Cap Go Meh di Palembang.

Hal lain yang masih terkait erat dengan legenda di Pulau Kemaro adalah Pohon Cinta. Pohon itu dipercaya sebagai simbol cinta sejati antara Tan Bun An dan Siti Fatimah. Konon, siapa saja yang mengukir namanya dan nama orang yang akan dijadikan pasangan di pohon itu, maka akan berjodoh. Apalagi kerap orang yang sengaja ke sana untuk mencari jodoh.

Selain kelenteng, Pulau Kemaro juga punya spot lain bernama Kampung Air yang dibuka pada 2021 lalu. Di sini, kamu dapat melihat aktivitas budidaya ikan, sayuran hidroponik, dan bonsai. Jika tertarik, terdapat pula spot rumah warna-warni dan replika mercusuar di tepi sungai.

Sekarang kamu sudah lebih mengenal Pulau Kemaro yang terkenal dengan pagoda 9 lantai dan kelentengnya. Tidak sebatas tempat wisata, tapi juga menjadi saksi sejarah zaman Kesultanan Palembang Darussalam melawan penjajah. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatma Roisatin
Dewi Suci Rahayu
Fatma Roisatin
EditorFatma Roisatin
Follow Us