Awalnya, kukira aku bisa menganggapmu teman biasa seperti pria lainnya. Kukira aku bisa berbincang denganmu tanpa merasakan apa-apa. Kukira aku bisa mengirim pesan padamu tanpa menunggu kamu membalasnya. Kukira aku bisa melanjutkan perkenalan tanpa peduli seperti apa akhirnya. Tapi perkiraanku salah.
Ucapan selamat pagi yang dulu hanya basa-basi, tak kusangka berbalik menjadi kalimat yang kini kunanti. Hari-hariku terasa aneh dan kamulah alasannya.
Ada kalanya kamu hadir menyapaku, lalu kamu menghilang untuk sekian waktu. Ada saat dimana kamu berkelakar dan merayu, lalu detik berikutnya kamu dingin seperti salju. Ada satu hari dimana kamu mengingatku, lalu berhari-hari berikutnya kamu lupa denganku. Ada saat dimana kamu bertanya, kemudian tak lagi peduli jawabanku apa.
Kamu lebih sering tiada dibanding ada. Kamu lebih sering mengabaikanku dibanding peduli. Kamu lebih banyak diam dibanding bicara. Kamu keras seperti dinding dan hanya sesekali membuka celah. Harusnya aku benci dengan sikapmu. Tapi hatiku mengelak.