5 Kisah Misteri di Wisata Rawa Pening, Suasananya Bikin Merinding

Intinya sih...
- Rawa Pening, destinasi wisata di Semarang yang menyimpan kisah misteri.
- Kisah misteri meliputi ular siluman Baru Klinting, suara gamelan misterius, dan kerajaan gaib di sekitar danau.
- Tradisi tapa kungkum oleh Raja Jawa juga menjadi bagian dari kisah mistis Rawa Pening.
Destinasi wisata apa kamu kunjungi jika bertandang ke Semarang? Lawang Sewu dan Kota Tua tentu menjadi salah satu favorit para wisatawan, termasuk kamu.
Namun, buat kamu yang melalui jalur Tol Semarang-Solo dan Ungaran-Bawen, cobalah mampir ke Rawa Pening. Rawa Pening berupa danau alami berlatar Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran.
Apalagi sudah banyak fasilitas tambahan untuk menarik wisatawan. Di balik keindahannya, ternyata Rawa Pening menyimpan sejumlah kisah misteri yang bikin merinding.
Seperti apa kisah misteri yang dipercaya oleh masyarakat setempat Rawa Pening? Yuk, simak kisah lengkapnya di bawah ini!
1. Baru Klinting, sosok ular yang melegenda
Baru Klinting merupakan sosok ular yang dikaitkan dengan terbentuknya Rawa Pening. Kisahnya memiliki beberapa versi berbeda, salah satu yang terkenal di masyarakat yakni Baru Klinting merupakan anak dari Endang Sawitri. Wanita yang berasal dari Desa Ngasem.
Wujudnya memang ular, tapi dapat berbicara layaknya manusia. Suatu hari, Baru Klinting menanyakan keberadaan sang ayah. Ayahnya bernama Ki Hajar Salokantara, seorang raja yang tengah bertapa di lereng Gunung Telomoyo.
Baru Klinting berhasil menemui sang ayah, sayangnya, tidak diakui begitu saja. Ia harus melingkari Gunung Telomoyo dan bertapa selama setahun untuk mendapatkan pengakuan.
Semasa bertapa, keberadaannya ditemukan warga Desa Pathok. Mereka membutuhkan bahan makanan untuk sedekah bumi. Kemudian memotong Baru Klinting yang masih dalam wujud ular.
Alhasil, Baru Klinting menjelma menjadi bocah yang kurus dan buruk rupa. Warga Desa Pathok mengusirnya. Ia menancapkan lidi dan membuat sayembara bagi warga desa. Namun, tidak ada seorang pun yang mampu mencabutnya, kecuali dirinya sendiri.
Setelah lidi tersebut dicabut, mengalirlah air yang deras dan perlahan menenggelamkan desa. Kemudian, terbentuklah Rawa Pening yang kini bisa kamu temui.
2. Suara gamelan yang dipercaya sebagai pertanda buruk
Setelah sosok ular siluman bernama Baru Klinting, kisah lainnya yakni suara gamelan misterius. Suara tersebut mirip saat ada pagelaran wayang atau hajatan. Padahal, sedang tidak ada acara hajatan maupun pagelaran di sana.
Konon, suara gamelan tersebut sebagai pertanda alam adanya korban jiwa di Rawa Pening. Jika suara terdengar pada malam hari, maka besok siang akan ada korban jiwa.
Demikian pula sebaliknya, jika suara terdengar pada siang hari, berarti malam harinya akan ada yang meninggal. Korban jiwa yang dimaksud ada yang meninggal, kecelakaan, atau tenggelam.
Bahkan, dikaitkan dengan kisah tentang kecelakaan bus di sekitar Jembatan Tuntang. Tidak ada penumpang maupun awak bus yang selamat dalam kecelakaan tersebut.
3. Menjadi tempat kerajaan makhluk halus
Masih berkaitan dengan kecelakaan yang terjadi di sekitar Rawa Pening. Masyarakat setempat juga mempercayai adanya tiga kerajaan makhluk halus. Dua di antaranya terletak di sekitar jembatan dan satu lagi tepat di Rawa Pening.
Danau seluas 2.670 hektare tersebut dekat dengan tiga jembatan besar. Pertama, jembatan utama di Jalan Raya Solo-Semarang.
Nah, salah satu kerajaan gaib tersebut terletak di antara jembatan utama tersebut dan jembatan rel kereta api (jembatan kedua). Sedangkan, kerajaan gaib lainnya, berada di antara jembatan utama dan bendungan. Satu lagi kerajaan gaib, terletak di Rawa Pening.
4. Penampakan kakek gaib peregang nyawa
Sosok lain yang dipercaya sebagai penghuni Rawa Pening, yakni seorang kakek gaib. Beberapa kisah tragis diselimuti kehadiran sosok kakek tersebut.
Salah satu kisah yang paling terkenal, yakni sekelompok anak yang tengah bermain di sekitar danau. Kemudian, seorang kakek mendatangi mereka untuk mencari kerang. Layaknya anak yang kegirangan, mereka pun masuk ke dalam danau.
Penglihatan mereka telah dikelabuhi, danau tampau jernih dan dangkal. Nahas, mereka menceburkan diri ke bagian yang cukup dalam. Sadar dalam bahaya, mereka pun berteriak untuk meminta pertolongan.
Sayang, satu dari lima anak tersebut tidak tertolong. Anehnya, korban meninggal dengan posisi tangan kaku seperti terikat di belakang punggung.
5. Tempat tapa kungkum Raja Jawa
Kisah misteri di Rawa Pening tidak selalu berkaitan dengan kejadian buruk. Danau ini dipercaya sebagai tempat untuk melakukan tapa kungkum oleh Raja Jawa.
Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh kewibawaan, kemuliaan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Tapa kungkum berarti menahan hawa nafsu atau semedi dan berendam. Ada pula yang dilakukan serangkaian dengan tapa brata di Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu.
Raden Patah menjadi salah satu Raja Jawa paling awal yang melakukan tapa kungkum di Rawa Pening. Ia melakukannya setelah dinobatkan sebagai Raja Kasultanan Demak Bintoro. Ritual tersebut dilakukan secara turun temurun.
Nah, sekarang kamu sudah tahu, kan kisah misteri di balik pesona Rawa Pening? Kisah tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Sampai saat ini, masyarakat setempat juga tetap melestarikan budayanya.
Tradisi Sedekah Rawa yang dikenal Larungan, telah diakui menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Masyarakat di sekitar Rawa Pening melakukan ritual tersebut setiap 21 Muharam dengan melarung nasi tumpeng dan sesaji ke tengah danau.