Bukit Tanarara, Sumba Timur (IDN Times/Rochmanudin)
Perjalanan ke Bukit Tanarara terbilang nyaman, hanya sesekali naik turun, dan beberapa kali tikungan tajam. Selebihnya jalanan lurus, sehingga kami lebih nyaman selama di perjalanan.
Kontur jalan aspal juga relatif halus, hanya beberapa kali kita melintasi jalan aspal kasar. Jadi tidur ayam kami gak terlalu terganggu. Saya sendiri tak bisa tidur, gak sabaran sampai di Bukit Tanarara.
Pengemudi sedikit ngegas, supaya tidak terlambat. Karena jika terlambat, kami bakal kehilangan momen saat sunrise di Bukit Tarara. Waku sudah menunjukkan pukul 04.45, langit mulai terang, siluet bukit-bukit dan pepohonan mulai terlihat. Cantik. Beberapa kali saya mengabadikan dengan kamera ponsel.
Sekitar pukul 04.50, kami akhirnya sampai di Bukit Tanarara. Begitu kaki melangkah dari mobil, saya tak bisa berkata-kata. Terpukau. Hanya terucap satu kata "masyaallah". Begitu megah karya sang Ilahi. Sejauh mata memandang terlihat puluhan bukit-bukit savana nan luas.
Semua terkagum melihat lukisan savana Bukit Tanarara. Tak jauh dari saya, seorang wisatawan asing terdengar menyebut Bukit Tanarara seperti latar film Jurassic Park (1993).
"Cantik sekali, seperti di film Jurassic Park," ucap wisatawan asing itu.
Sekilas mirip Bukit Teletubbies Labuan Bajo atau Gunung Prau Dieng. Tapi ini versi yang lebih luasnya. Bukit savana di Bukit Tanarara tak terhitung jumlahnya. Sejauh mata memandang, 360 derajat.
Di ujung bukit semburat cahaya matahari keemasan mulai terlihat. Melengkapi kemegahan lukisan alam ini. Kami seperti diburu waktu, berlomba-lomba mengambil angle foto terbaik. Semua spot dipenuhi pengunjung yang sibuk mengabadikan momen indah ini. Saya juga tak mau ketinggalan.
Kami saling bergantian memotret. Bahkan, tak sedikit yang membawa juru kamera, seperti influncer yang memang bagian dari rombongan kami. Jumlah mereka bahkan lebih banyak dari kami.