Museum Sandi, Yogyakarta (dok. Pribadi/Fatma R. N.)
Pertama kali yang harus dilakukan pengunjung setelah mengisi buku tamu, yakni duduk manis di Ruang Intro. Pemandu akan memutarkan video yang memperkenalkan tentang sejarah kriptografi dan persandian dengan durasi sekitar 6 menit . Video tersebut dilengkapi dengan teks berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Setelah itu, akan diajak menuju Ruang Sandi Klasik yang menyuguhkan kriptografi dari masa ke masa. Mulai dari bangsa Sumeria yang mengembangkan cuneiform dan bangsa Mesir Kuno dengan hieroglif. Hingga bangsa Yunani Kuno yang menggunakan Skytale untuk menampilkan sandi transposisi serta masa Romawi Kuno.
Selanjutnya, Ruang Perintisan Sandi yang menunjukkan Buku Code C karya dr. Roebiono Kertopati, Bapak Persandian Indonesia. Beliau menerima mandat dari Amir Syarifuddin, Menteri Pertahanan yang kala itu sedang menjabat, untuk mendirikan badan pemberitaan rahasia bagi kepentingan Pemerintahan Indonesia. Selain itu, terdapat set patung yang mengilustrasikan instruksi pembentukan Dinas Kode.
Terdapat pula ruang khusus yang disebut Diorama Rumah Sandi. Isinya berupa replika Rumah Sandi yang menunjukkan sejarah perjuangan di Dinas Kode, terutama saat Perang Kemerdekaan Indonesia pada Agresi Militer Belanda II. Lokasi sebenarnya Rumah Sandi tersebut berada di kaki Pegunungan Menoreh, di Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo.
Beralih ke Ruang Penegakan Sandi yang mengisahkan bagaimana tugas persandian dijalankan pada masa Agresi Belanda II. Termasuk Buku Kode B dan Tas Kode, sepeda yang digunakan kurir untuk menyampaikan pesan rahasia, dan replika stasiun radio Angkatan Udara Republik Indonesia di Solok. Selain itu, terdapat Ruang Nusantara yang menunjukkan koleksi dan perkembangan mesin sandi dari Mesin sandi SR 64 A hingga SN 011 dan.
Masih ada tiga ruangan lainnya di lantai 2 museum ini, yakni Ruang Tokoh, Ruang Sandi Global, dan Ruang Edukasi. Ruang Tokoh menampilkan koleksi benda yang digunakan oleh para tokoh persandian, seperti kamera rollei dan meopta milik dr. Roebiono Kertopati, keris luk 9 milik Umar Said Noor, dan pisau milik Laksamana Muda TNI (Purn) Soebardo. Sedangkan di Ruang Sandi Global terdapat koleksi mesin sandi yang dibuat dan digunakan di berbagai negara.
Terakhir, Ruang Edukasi di mana pengunjung akan dijelaskan tentang cara membaca beberapa sandi menggunakan alat peraga sederhana. Salah satunya untuk membaca sandi Caesar atau sandi geser yang dapat dibawa pulang. Tidak hanya itu, terdapat sejumlah buku lengkap dengan kursi dan meja untuk mempelajari lebih lanjut tentang kriptografi serta persandian.