Festival Moyo (instagram.com/ahmad_patoni7)
Cukup mudah untuk menemukan kuda liar baik di Sumba atau Sumbawa. Pasalnya, keduanya memiliki tradisi berkuda, tetapi tentu saja penerapannya berbeda.
Sumbawa memiliki tradisi balapan kuda yang biasanya diadakan bersamaan dengan Festival Moyo. Festival tersebut berlangsung pada Agustus-September.
Kuda di Sumbawa masih satu rumpun lokal dengan ciri fisik yang relatif kecil dan berpunggung rata. Ekor kuda di Sumbawa biasanya lebih panjang dan berbulu lebat.
Pasola (instagram.com/alifeiimagined)
Berbeda dengan tradisi berkuda di Sumba. Di Sumba, kuda disebut sebagai sandalwood pony. Unik, kuda di sana dikenal menjadi kuda pacu, lho. Gak heran kalau orang lokal memanfaatkannya sebagai sarana mobilitas.
Terdapat tradisi Pasola atau tarian perang di Sumba. Saat digelar, kuda-kuda tersebut akan menjadi kendaraan perangnya. Pasola ini biasanya diadakan pada Februari dan Maret setiap tahunnya.
Untuk ciri fisiknya, kuda Sumba berwarna-warni. Ada yang hitam, putih, merah, krem, abu-abu, hingga belang. Pilih saja sesuai seleramu, ya!
Sumba dan Sumbawa yang kerap membingungkan karena dianggap sama, nyatanya sangatlah berbeda. Keduanya berada di provinsi berbeda, memiliki rumah adat masing-masing, dan mempunyai tradisi berkuda yang tak sama. Kalian sendiri lebih tertarik menjelajahi yang mana, nih?