potret peta Benteng Rotterdam Makassar (The Atlas of Mutual Heritage and The Koninklijke Bibliotheek in Netherlands)
Menurut tulisan karya AHA, NAR yang berjudul Jejak Sejarah: Lokalitas di Balik Fort Rotterdam pada buku yang diterbitkan oleh Litbang Kompas yang berjudul Kerajaan Gowa yang kian Merana (2021) menguraikan bahwa pemilihan gambar site plan yang berpola penyu ini, merupakan simbol pertahanan darat dan maritim yang dimiliki oleh Kerajaan Gowa, mengingat hewan ini dapat hidup di darat dan di laut.
Hal ini sesuai dengan latar belakang Kerajaan Gowa-Tallo yang tercatat di dalam sejarah sebagai imperium terbesar pada abad XVII dan dikenal dalam sejarah Belanda sebagai kerajaan yang sangat sulit ditaklukkan. Tentu saja hal ini ditunjang oleh kualitas para panglima perang dan kekokohan benteng-benteng pertahanannya.
Selain dipengaruhi oleh kualitas pertahanan Kerajaan Gowa-Tallo, filosofi pola penyu juga berhubungan dengan penamaan Benteng Ujung Pandang yang merujuk pada vegetasi pohon pandan yang banyak dijumpai di area benteng ini. Menurut Sardi Duryatmo pada majalah edisi penyu, diketahui bahwa pohon pandan memiliki berperan penting dalam kelangsungan hidup penyu terutama bagi penyu hijau yang juga merupakan salah salah penyu yang banyak tersebar di Kota Makassar.
Selanjutnya ialah filosofi perut penyu. Menurut informasi yang diperoleh dari Matius, pemandu wisata di Benteng Fort Rotterdam saat ditemui pada hari Minggu (29/1/2023), orang Makassar menyakini bahwa jika bermukim di Benteng Ujung Pandang maka masyarakat akan merasa aman tinggal di perut penyu, dalam hal ini pemukiman yang berada tepat di tengah kawasan benteng.
Lebih lanjut, Matius mengungkapkan bahwa benteng ini, juga mengadopsi karakter yang dimiliki oleh suku Bugis-Makassar dengan junjungan falsafah siri’ na pacce (harga diri dan empati) dan prinsip kualleanggi talangga na toalia (lebih baik saya tenggelam dibandingkan pulang ke daratan).
Dimana, diketahui bahwa penyu merupakan hewan reptil laut sejenis kura-kura ini, dikenal jago menjelajahi dunia lho. Semangat merantau dan ketangguhan hewan ini persis seperti karakter orang Bugis-Makassar bukan?