Setelah menjejalah bagian halaman, peserta tur diajak untuk memasuki Gedung Lawang Sewu bagian A dan B. Gedung A dibangun pada 1904, sedangkan Gedung B dibangun pada 1916.
Saat memasuki Gedung A, kita langsung diajak ke ruangan utama dan naik tangga menuju mimbar dengan latar kaca patri yang menakjubkan. Kilauan warna-warni kaca tersebut akan terlihat semakin menawan saat siang hari, karena memantulkan sinar matahari.
"Kaca patri ini dihiasi dua dewi, yakni Dewi Fortuna bergaun merah yang berarti keberuntungan. Kemudian, ada Dewi Venus dengan gaun birunya sebagai simbol ikatan alam dan bumi pertiwi," ujar Andry.
Setelah puas melihat keindahan kaca patri, kita naik ke lantai dua. Bagian ini ternyata jarang dibuka untuk umum. Di sini terdapat ruangan pemimpin pada masa Belanda lengkap dengan sofa dan balkon yang langsung mengarah ke jalanan depan Lawang Sewu. Dari situ kita bisa melihat Monumen Tugu Muda.
Lanjut ke lantai tiga, kita harus naik tangga spiral berwarna hitam dengan ukiran yang indah. Lantai tiga hanya ada ruangan kosong dengan puluhan jendela, sehingga terasa sangat terang. Ruangan ini digunakan untuk memfilter udara panas dari cahaya matahari yang berlebih.
Atap Gedung B Lawang Sewu. Dok. IDN Times
Setelah selesai menjelajah Gedung A hingga tuntas, Andry mengajak kita turun dan langsung berkunjung ke tempat tur virtual terakhir, yakni Gedung B. Tampilan Gedung B cukup sama dengan Gedung A, hampir seluruhnya didominasi warna putih dengan banyak ruangan.
Dalam satu ruangan, terdapat setidaknya delapan pintu. Ada satu pintu yang terletak di tengah dan menghubungkan ke ruangan sebelah, sehingga terlihat seperti cermin. Lawang Sewu sendiri memiliki setidaknya 928 pintu, tapi biasanya terbuka hanya 200-300 pintu saja.