Potret Kebun Cokelat, Jembrana, Bali Barat (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)
Di sudut Jembrana lainnya, ada salah satu destinasi pengalaman wisata yang berbeda dari yang biasa kamu temukan di kawasan Bali Selatan. Kamu bisa menyusuri kebun kakao organik sambil menikmati cita rasa cokelat asli dari alami, yakni Cocoa Tour Jembrana.
Kebun ini berdiri di atas lahan seluas tiga hektare. Satu hektarnya dijadikan demoplot, yakni area khusus untuk edukasi dan praktik budidaya kakao. Pohon-pohon kakao ditanam rapi dengan jarak teratur 3x4 meter atau 4x4 meter, supaya bisa tumbuh optimal.
Di kebun ini, kamu akan mengenal delapan jenis klon kakao yang ditanam berdampingan. Mulai dari Klon MCC01, yang buah mudanya berwarna hijau dan berubah menjadi kuning saat matang. Selain itu, ada Klon MCC02, dengan warna ungu yang berubah oranye kemerahan saat siap panen.
Uniknya, pohon-pohon kakao di sini telah diremajakan, dibuat lebih pendek agar lebih mudah dipetik dan dirawat. Ini bukan kebun biasa, tetapi hasil pemikiran bertahun-tahun dari para petani lokal yang memilih cara bertani alami dan berkelanjutan.
Ketut Sudomo, pemilik kebun, memulai menanam kakao sejak 1986. Bersama koperasi kakao Kerta Semaya Samaniya, ia kini mengelola sekitar 2.000 pohon kakao. Semua pengelolaan dilakukan dengan prinsip zero waste dan ramah lingkungan.
Di sini, kakao tidak ditanam sendirian. Ada sistem tumpangsari, di mana tanaman lain seperti kelapa dan pisang digunakan sebagai naungan alami bagi kakao yang masih kecil. Konsep ini disebut juga simple agroforestry, membuat ekosistem kebun terasa lebih hidup.
Untuk pupuk, mereka menggunakan kotoran kambing lokal yang difermentasi selama dua pekan. Urin kambing juga digunakan sebagai cairan penyemprot tanaman, dan daun-daunan kering dikumpulkan untuk dijadikan kompos. Bahkan, limbah dari tanaman seperti kulit kelapa sawit dijadikan pakan kambing. Semua kembali ke tanah, tak ada yang terbuang sia-sia.
Kebun ini benar-benar bebas bahan kimia. Pengendalian hama dilakukan dengan larutan organik dari bahan-bahan sederhana seperti air kelapa, belimbing wuluh, dan lidah buaya. Bahan-bahan ini difermentasi selama sepekan, lalu disemprotkan ke tanaman. Bukan untuk membunuh hama, tapi cukup untuk membuat mereka merasa tak nyaman, sehingga tanaman tetap sehat tanpa merusak lingkungan.
Setelah melihat proses panjang dari kebun ke biji kering, kamu bisa langsung mencicipi berbagai jenis cokelat dari masing-masing klon. Setiap jenis punya karakter rasa yang berbeda, mulai dari Panter, MCC02, RTNJ, dan IKRI09.
Di Jembrana, karena kakao ditanam dekat pohon pisang dan kelapa, rasa cokelatnya cenderung fruity. Di daerah lain seperti Papua, cokelatnya bisa terasa woody karena dekat hutan.
Kamu juga bisa mencoba cokelat kental yang dibuat dari 65 persen kakao, brown sugar, dan susu. Rasanya tidak terlalu manis, tapi justru terasa autentik dengan karakter kakao yang kuat.
Selanjutnya, kamu bisa memetik buah kakao sendiri, membawa pulang, dan belajar bagaimana cara mengolahnya. Kamu akan diajari cara menyimpan biji kakao, berapa lama bisa disimpan, dan bisa diolah menjadi apa saja selain minuman.