Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Pantai Lovina, Buleleng, Bali Utara
Potret Pantai Lovina, Buleleng, Bali Utara (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)

Pulau Bali selalu menjadi destinasi impian banyak orang, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Pulau Dewata dikenal akan keindahan alamnya yang memesona, budayanya yang kaya, dan suasana spiritual yang menenangkan. Mulai dari pantai berpasir putih, sawah berundak yang hijau, pura-pura yang megah, hingga keramahan warganya, semuanya membuat Bali begitu istimewa dan sulit dilupakan.

Namun, di balik popularitasnya, Bali juga menghadapi tantangan serius, yakni overtourism. Banyak turis cenderung berfokus hanya pada wilayah selatan Bali, seperti Denpasar, Badung, dan Gianyar. Akibatnya, terjadi ketimpangan kunjungan yang cukup besar, sementara wilayah Bali Utara dan Barat justru kurang tereksplorasi. Padahal, Bali Utara menyimpan pesona yang tak kalah menawan, lho.

Sebagai bentuk pemerataan wisata, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia melalui Deputi Bidang Pemasaran meluncurkan program promosi wisata bertajuk 3B (Bali Utara, Bali Barat, dan Banyuwangi). Program ini bertujuan untuk menyebarkan arus kunjungan wisatawan, agar tidak hanya terpusat di Bali Selatan. Program ini sekaligus mendorong peningkatan durasi masa liburan wisatawan di kawasan tersebut.

IDN Times pun turut hadir dalam rangkaian trip eksplorasi 3B yang berlangsung selama enam hari, dari 30 Juli hingga 4 Agustus 2025. Salah satu wilayah yang kami sambangi adalah Bali Utara. Ternyata, banyak tempat menarik di sini yang belum begitu dikenal, tetapi justru menyimpan keindahan yang masih alami.

Lantas, destinasi mana saja yang wajib kamu kunjungi saat liburan ke Bali Utara? Yuk, simak tiga rekomendasi wisata tersembunyi yang penuh pesona berikut ini!

1. Desa Wisata Les

Potret ladang garam di Desa Wisata Les, Buleleng, Bali Utara (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)

Desa Wisata Les merupakan desa tua yang berada di Buleleng, Bali Utara. Destinasi ini menjadi Desa Wisata Terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Menariknya, Desa Wisata Les masih menjaga adat dan tradisi yang sudah diwariskan para leluhur dahulu.

Memiliki beberapa daya tarik wisata yang mungkin tidak ada di desa wisata lainnya. Salah satunya terkenal sebagai sentra produksi garam palungan. 

Dari pinggir pantai, wisatawan bisa melihat ladang garam dan barisan perahu nelayan tradisional pencari ikan tuna. Garam tersebut dibuat menggunakan cara tradisional dengan batang kelapa sebagai media pengering. Dengan demikian, mereka dapat menghasilkan garam tanpa bahan kimia tambahan. Menjadikan garam ini sehat dan sudah diakui di pasar internasional. 

Ketika kami mencoba rasanya, selain asin, ada sedikit manis dan pahit. Ini merupakan tipe garam yang kasar, tetapi bisa dihaluskan sesuai kebutuhan. Garam ini bisa dibeli oleh wisatawan dari petani seharga Rp12 ribu saja per kilogram. 

Selain berkunjung ke ladang garam, kamu wajib menikmati kuliner tradisional di Dapur Bali Moela. Lokasinya masih di Desa Les, Tejakula, Buleleng, Bali, yang telah berdiri sejak 2021. Tempat makan ini milik Gede Yudi Awan atau yang populer disebut Chef Jero Yudi.

Menyajikan makanan khas Bali Desa Les yang dimasak secara tradisional dari hasil tangkapan nelayan di desa dan alam sekitarnya. Menariknya, tidak ada harga per menu di sini, melainkan hanya perlu donasi minimal Rp100 ribu per orang. Disajikan tergantung menu yang dimasak saat hari kedatangan, karena diolah dari tangkapan segar pada hari itu. 

Untuk makan siang, mereka buka pukul 12.00-15.00 WIB. Beroperasi setiap hari dan tutup jika ada upacara adat. Uniknya, mereka hanya buka jika sudah ada total delapan orang yang reservasi. Kamu bisa request menu tambahan minimal enam porsi per item dengan harga Rp40 ribu per porsi. 

Saat berkunjung ke Dapur Bali Moela, IDN Times menikmati beberapa makanan yang disajikan. Ada satu tuna, sate ikan kue, sajian ikan GT atau giant travelly, cumi bumbu bali, sop ikan barakuda, sambal matah, usus perut ikan GT, dan cincau hijau khas mereka. Sajian di sini dimasak dengan metode slow cooking dan tidak pakai penyedap buatan. 

Selain menikmati kuliner, kamu juga bisa melihat proses memasak gula cair dari lontar yang dimasak tradisional. Bahkan, kamu bisa membelinya sebagai oleh-oleh, lho. Menariknya lagi, Dapur Bali Moela juga menyajikan arak artisan. Ada sekitar 200 kendi berisi arak yang diolah saat musim panas. 

Jika ingin mencicipinya, kamu harus datang dan mencicipinya langsung di sana. Arak dikemas dalam botol berukuran 750 ml seharga Rp150 ribu. 

Tempat makannya sendiri didesain seperti rumah tradisional Bali yang sederhana. Dapurnya berkonsep open space, sehingga memugkinkan wisatawan untuk melihat langsung proses memasaknya. Suasananya tenang, nyaman, dan bersih. 

2. Pantai Lovina

Potret Pantai Lovina, Buleleng, Bali Utara (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)

Destinasi selanjutnya adalah Pantai Lovina. Lokasinya berada di pesisir utara Bali, sekitar 10 kilometer arah barat Singaraja. Tepatnya berlokasi di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali. 

Pantai Lovina berpasir hitam ini masih alami, sehingga menarik dikunjungi. Daya tarik utamanya adalah melihat lumba-lumba langsung di habitatnya. Untuk sampai ke spot lumba-lumba, kamu harus naik perahu nelayan yang berada di pinggir pantai. Harganya Rp100 ribu per orang. Namun, jika ingin datang ramai-ramai, kamu bisa sewa seharga Rp600 ribu per perahu. 

Untuk menuju ke spot lumba-lumba, kamu harus berangkat pagi-pagi sekali saat matahari akan terbit. Sebab, lumba-lumba di kawasan ini hanya muncul antara pukul 06.00 hingga 08.00 WITA. Pada waktu tersebut, puluhan bahkan ratusan lumba-lumba akan beratraksi secara alami. Ada yang sekadar berenang di permukaan air, ada pula yang melompat-lompat.

Nah, untuk mencapai spot lumba-lumba tersebut, butuh waktu sekitar 20-25 menit sekali keberangkatan. Total perjalanan pulang dan pergi sekitar satu jam.

Setelah sampai di tengah perairan, kamu akan dibawa pengejaran bersama perahu nelayan. Aktivitas ini akan berlangsung sekitar 2-3 jam hingga mendapatkan momen atraksi lumba-lumba.

Hal ini tergantung dari faktor alam, seperti arah angin, pasangnya air laut, dan keberuntangan kamu untuk bisa melihat lumba-lumba. Namun, jika kamu sudah merasa mual atau mabuk laut, jangan ragu untuk memberi tahu nelayan supaya bisa kembali ke pantai. 

Kamu juga bisa merasakan sensasi berenang langsung bersama lumba-lumba. Harganya Rp150 ribu per orang, lengkap dengan kacamata snorkeling dan pelampung.

Kamu bisa berenang dengan nyaman dan aman di sisi kanan atau kiri, sambil berpegangan pada stik kayu yang menggantung di perahu. Jadi, tidak perlu khawatir tenggelam dan bisa menangkap momen lumba-lumba secara maksimal. 

3. Hatten Wines Vineyard

Potret Hatten Wines Vineyard, Buleleng, Bali Utara (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)

Bagi kamu pencinta wine, wajib mengunjungi Hatten Wines Vineyard. Kamu akan diajak berkeliling kebun anggur dengan suasana seperti di Australia.

Dari beberapa kebun anggur yang mereka miliki, ini merupakan satu-satunya kebun yang dibuka untuk umum. Lokasinya di Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali. Dengan luas 12 hektare, kebun ini memproduksi beberapa jenis anggur untuk minuman Hatten Wines yang sudah dilakukan sejak 31 tahun yang lalu.

Dalam satu tahun, kebun anggur ini bisa panen sebanyak tiga kali karena daerah tropis. Berbeda di luar negeri yang memiliki empat musim, mereka hanya bisa panen satu kali saja. Setelah anggur dipanen dari kebun ini, pengolahan wine dilakukan di Denpasar.

Kamu bisa melakukan aktivitas wisata ini dengan tarif Rp100 ribu per orang. Lengkap dengan guide yang akan memberikan informasi tentang perkebunan, jenis anggur, hingga jenis minumannya. Dengan tarif tersebut, kamu bisa mencicipi tiga jenis wine, lho. Kamu bisa memilih varian Sweet Alexandria, Aga White, Aga Rose, Aga Red, atau Sweet Syrah.

Mereka juga mencantumkan setiap jenis minuman dengan makanan yang cocok disantap bersama wine tersebut. Harganya mulai dari Rp200 ribu hingga Rp300 ribuan per botol. Hatten Wines Vineyard beroperasi Senin-Jumat pukul 09.00-16.30 WITA dan Sabtu pukul 09.00-12.00 WITA. Tutup setiap Minggu dan hari libur Bali. 

Jadi, jika kamu ingin melihat sisi lain Bali yang lebih tenang, alami, dan tak kalah memesona, Bali Utara bisa jadi pilihan liburan yang tepat. Bukan cuma membantu mengurangi overtourism di Bali, tetapi kamu juga bisa menikmati pengalaman liburan yang lebih autentik dan berbeda dari biasanya.

Editorial Team