Suasana Jalan Malioboro (unsplash.com/Farhan Abas)
Overtourism juga terjadi di Yogyakarta. Saat akhir pekan dan libur panjang, Kota Gudeg ini selalu ramai wisatawan domestik maupun mancanegara. Bagaimana tidak, Yogyakarta memiliki daya tarik tersendiri di segala aspek wisata, baik itu wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, serta wisata kuliner.
Tak heran kalau kemacetan mulai sering terjadi di sini, khususnya spot-spot yang biasanya ramai wisatawan. Misalnya di sekitar Malioboro, Kraton, Monjali, Jakal, Prambanan Breksi, Waduk Sermo, Kali Biru, Pantai Glagah, Pantai Parangtritis, Hutan Pinus Mangunan, Pantai Baron, Gua Pindul, Bukit Bintang, dan Nglangeran.
Dengan munculnya berbagai permasalahan tersebut, akhirnya ada beberapa destinasi wisata yang mulai membatasi jumlah pengunjung yang datang. Salah satunya dengan menerapkan peraturan ketat untuk para pengunjung.
Sebut saja seperti Taman Nasional Komodo, Kampung Baduy, Candi Borobodur, dan Gunung Semeru. Taman Nasional Komodo dicanangkan sebagai destinasi wisata "super premium," karena dianggap mengganggu kehidupan komodo yang sudah terganggu sejak pulau ini kian populer. UNESCO yang meminta peninjauan ulang mengenai dampak lingkungan yang dihasilkan.
Hal yang sama juga terjadi di Candi Borobudur. Candi yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia ini memperketat kunjungan wisatawan yang mau naik ke area candi. Meledaknya jumlah pengunjung tentu akan berpengaruh kepada struktur candi yang merupakan kekayaan budaya dari masa lalu.
Kalau menurutmu, bagaimana dengan fenomena overtourism ini? Tulis pendapatmu di kolom komentar, ya!