Pojok UKM Inalum (dok. pribadi/Fria Sumitro)
Sebelum menginjakkan kaki ke area smelting plant, bus berbelok ke gedung utama PT Inalum. Satu per satu rombongan turun dari bus dan berjalan menuju bagian pojok gedung. Di sana, kami melihat sebuah tempat yang kelihatan seperti toko oleh-oleh. Namanya Pojok UKM Inalum.
Bangunan fisik dari Pojok UKM Inalum sendiri baru saja dibentuk. Usianya baru sekitar dua minggu—terhitung dari hari kedua (29/11/2022) Pelatihan Jurnalistik. Namun, programnya sudah berjalan cukup lama.
Nabila, selaku divisi CSR (Corporate Social Responsibility) Inalum, menjelaskan bahwa CSR Inalum memiliki program yang bertujuan untuk mengembangkan UMK (Usaha Mikro dan Kecil)—Pojok UKM tersebut merupakan salah satunya. Akan tetapi, bukan itu saja program yang diinisiasi.
"Nah, di situnya (program CSR), ada yang namanya program kemitraan, ada yang namanya pembinaan UMK, bantuan alat usaha, pelatihan. Itulah yang mendukung si UMKM sendiri," jelas Nabila.
Dari beberapa inisiatif tadi, program kemitraan sudah ada sejak tahun 2016. Lewat program kemitraan, mitra-mitra binaan Inalum akan menerima pinjaman dana bergulir yang bisa dimanfaatkan sebagai modal usaha.
panganan kemasan yang dijajakan di Pojok UKM Inalum (dok. pribadi/Fria Sumitro)
Ada banyak produk yang bisa dijumpai di pojok UKM milik perusahaan yang sudah berdiri sejak 1976 ini, di antaranya abon ayam, pisang gosong, keripik singkong, kacang toujin, hingga bawang goreng. Bukan hanya kudapan, juga ada kain songket cantik yang bisa dibeli pengunjung.
Nah, semua itu merupakan hasil dari mitra binaan Inalum. Meskipun produk yang paling mencolok memang makanan kemasan, bidang usaha yang dijalankan program kemitraan Inalum sebenarnya ada berbagai macam, mulai dari industri, perdagangan, sampai perikanan.
Nabila mengungkapkan, semua steling kayu untuk tempat memajang jajanan-jajanan merupakan karya dari mitra binaan yang bergerak di bidang las. Akan tetapi, karena hanya berupa pojok UKM, barang yang dipampangkan pun hanya terbatas pada makanan saja.
Kono Kopi Gayo di Pojok UKM Inalum (dok. IDN Times/Dayu Yudana/bt)
Dari produk-produk yang dijajakan, ada satu yang memantik ketertarikan saya. Itu adalah Kono Kopi. Saya pikir, penamaannya dipengaruhi oleh bahasa Jepang. Pasalnya, dalam bahasa Jepang, kono merupakan kata tunjuk yang berarti 'ini' sehingga saya mengira produk tersebut bermakna "Kopi Ini". Rupanya bukan.
Menurut penuturan salah satu pekerja yang mengurusi Pojok UKM Inalum, istilah "Kono Kopi" sendiri berasal dari bahasa Melayu, di mana kono artinya 'kena' atau 'terkena'. Jadi, Kono Kopi berarti "Kena/Terkena Kopi".
Kebetulan, saya dan rombongan berkesempatan untuk mencicipi minuman kopi biji arabica Gayo ini. Saya sendiri bukanlah pencinta kopi. Meskipun begitu, saya cukup menikmati cita rasa yang disuguhkan oleh Kono Kopi.
Selain itu, Lukman—salah satu pekerja Pojok UKM Inalum—mengatakan bahwa Kono Kopi aman diminum oleh mereka yang menderita asam lambung. Dirinya yang mengalami kondisi tersebut selama ini belum pernah mengeluhkan apa pun setelah meneguk minuman tersebut. Jadi, memang aman diminum ya.
Perlu diketahui pula, produk dari Pojok UKM Inalum mulanya hanya diperuntukkan pada pasar yang terbatas yakni pegawai, tamu, dan stakeholder. Pemesanannya pun masih via telepon ke divisi CSR. Akan tetapi setelah bangunan fisiknya berdiri, masyarakat umum sudah bisa membeli aneka produk yang ditawarkan.
Lebih lanjut, Nabila mengatakan, keberadaan Pojok UKM Inalum ini diharapkan mampu memudahkan orang-orang yang ingin mencari berbagai macam oleh-oleh khas Batu Bara dan Kuala Tanjung.