Ilustrasi turis WNA melukat di Bali (pexels.com/Oleksandr P)
Di Bali sendiri, melukat seolah menjadi destinasi dan aktivitas liburan baru. Banyak agen travel atau institusi yang menawarkan paket melukat. Beberapa di antaranya menambahkan "bonus" kegiatan berupa palm reading, tarot reading, sesi curhat/konseling, dan berteriak sebagai proses melepas stres. Tentunya dengan harga yang lebih mahal dibanding melukat mandiri di tempat alami yang belum terkomersialiasi.
Dahlia Rera Oktosian menceritakan pengalaman melukatnya sebanyak tiga kali di Bali. Dia selalu merasa segar, tenang, dan pikirannya jadi jernih setelah melukat. "Karena esensi air itu sendiri segar, jernih, dan pembersihan. Aku merasa segar secara fisik dan mental," katanya.
Dia pernah melukat dengan didampingi seorang pemangku adat. Saat itu, ia diminta teriak mengeluarkan emosi dan stres yang terjebak dalam diri. Menangis pun tak masalah.
"Aku jadi lebih percaya diri untuk berekspresi meluapkan emosi, daripada teriak-teriak dan nangis sendiri, kan aneh," tuturnya. Sebagai seorang muslim, ia tak merasa melukat memengaruhi keyakinannya.
"Gak ada hubungannya, bukan berarti kita akan jadi Hindu ketika melukat. Justru hal itu semakin memperkuat keimananku, kan, kita disuruh berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing. It was an amazing!"
Sama halnya yang dialami Indra Zakaria. Awalnya ia penasaran dengan melukat yang sedang populer di berbagai platform media sosial.
Prosesi melukat yang pernah ia jalani, ia memilih tempat yang sudah ramai wisatawan, sehingga merasa kurang khidmat, karena harus mengantre dengan banyak orang.
Prinsipnya sebagai seorang Kristen, melukat hanyalah metode healing baginya. "Aku ingin melukat lagi, tapi di tempat yang belum terkomersialisasi dan masih sepi, supaya lebih kusyuk," kata Indra.
Hal yang sama ditutukan Laras Novalia. Ia baru sekali melukat. Didampingi seorang pedanda, ia melukat bersama suami dan sahabatnya di kawasan Ubud, Bali. "Ini adalah experience baru bagi saya. Setelah melukat, saya merasa kedinginan karena melakukannya bertepatan dengan hujan. Sensasinya seperti habis mandi," katanya. Ia pun ketagihan dan ingin mengulanginya kembali.
Yup, meski berasal dari kepercayaan Hindu, kini semua orang bisa melakukan melukat sebagai upaya pembersihan diri, baik secara fisik, jiwa, dan mental. Melukat diharapkan dapat membersihkan hal-hal negatif dari diri, dan menggantinya dengan segala kebaikan dan hal positif.
Pilihannya kembali ke diri kita masing-masing. Kalau kamu sendiri, sudah pernah atau berencana melukat ke Bali dalam waktu dekat? Bagikan pengalamanmu di kolom komentar, ya!